Friday, March 15, 2019

Review Avenue J Hotel

Avenue J Hotel
Seperti disebutkan dalam artikelsebelumnya, Chinatown selalu identik dengan hotel. Dan memang biasanya ada banyak pilihan hotel, dari yang wah sampai yang biasa. Dari yang murah sampai yang mahal, semua ada di Chinatown. Salah satunya adalah Avenue J Hotel.

Hotel yang satu ini terletak di dekat Central Market, Chinatown dan Dataran Merdeka. Lingkungan hotel ini terlihat lebih elit dibanding Ahyu Hotel, hotel yang pertama kali kami tempati saat tiba di Kuala Lumpur. Gedungnya pun terlihat megah dengan cat putihnya.

Saat kami tiba, staff yang ada menyambut kami. Proses check inberlangsung dengan cepat dan sama seperti sebelum-sebelumnya, kami harus mengeluarkan biaya tambahan untuk pajak hotel. Kami pun diantar oleh salah satu staf ke kamar kami.
Lobby dan cafe di dalam. Terkesan modern dan nyaman.
Seperti biasa, karena kami hanya menggunakan kamar untuk tidur malam saja, kami pun memilih kamar tanpa jendela. Pengalaman kami selama ini, baik saat menginap di guesthouse atau hostel di Seoul, hotel di Singapore, dan AhyuHotel, walau kamar kami tanpa jendela, namun selalu bersih. Kami pun memilih hal yang sama dengan Ahyu Hotel. Namun nampaknya kali ini pilihan kami salah.

Bau apek dan lembab tercium saat kami memasuki kamar yang diberikan kepada kami. Bahkan kami dapat melihat debu di sudut-sudut ruangan. Untung hanya satu malam, kata Papa. Namun ternyata kejutan yang kami dapatkan bukan hanya itu.
Kamar mandi tanpa sekat.
Tiba-tiba lampu mati. Dan tidak lama kemudian menyala kembali. Hal ini terjadi beberapa kali dalam lima menit pertama. Akhirnya kami pun menelpon resepsionis dan menjelaskan kejadian yang ada. Teknisi pun segera datang memeriksa dan berkata jika lampu mati dan nyala ini terjadi lagi berkali-kali dalam beberapa menit, maka kami diminta untuk menghubungi resepsionis agar dipindahkan kamar. Akhir dari babak ini pastilah sudah tertebak, kami harus menelpon untuk minta dipindahkan kamar.

Kamar baru yang kami tempati pun tidak jauh berbeda keadaannya dengan kamar sebelumnya. Di sudut-sudut ruangan pun terlihat debu. Bantal yang diberikan pun bau apek. Untuk kualitas hotel, kamar ini tidak nampak seperti kamar hotel.
Complementary drink dan perlengkapannya. 
Yang menghibur kami adalah lukisan yang ada di dinding. Setiap kamar mempunyai gambar berbeda-beda. Setiap gambar tersebut menarik untuk dilihat. Yah, selalu ada sisi positif dari segala hal, bukan?
Ikan Paus penghibur kami 
Untuk sarapan, di hotel ini disediakan sarapan. Tempat sarapan ini berada di lobby hotel. Tetapi jika tidak memesan sarapan, di sekitar sini banyak tempat makanan, namanya juga Chinatown. Selalu banyak tempat kuliner, bahkan di depan hotel ini pun ada Café Old Market Square.

Kesimpulannya, never judge the hotel from its building. Dibanding dengan pengalaman kami saat di Ahyu, kami lebih merasa nyaman saat di sanawalaupun dari luar tidak terlihat seperti hotel. Namun nilai tambah saat di Avenue adalah staf yang ada sangat ramah, baik terhadap kami maupun terhadap anak-anak. Mungkin saja kondisi kamar yang berjendela akan lebih baik dibanding kamar yang tidak berjendela. Jadi jika memang mencari hotel yang dekat sekali dengan Chinatown dan Dataran Merdeka ini, kami sarankan untuk memilih kamar yang berjendela. :)

Sekilas Informasi
Avenue J Hotel
Website: www.avenuejhotels.com
Alamat: 13, Leboh Pasar Besar, City Center, Kuala Lumpur

Tuesday, February 26, 2019

Kuliner di Chinatown Kuala Lumpur


Kalau mendengar kata Chinatown, pasti yang terbayang adalah tempat penginapan, kuliner, baik halal maupun non halal dan juga belanja. Hal ini sangat wajar karena memang yang namanya Chinatown selalu penuh dengan tempat makan dan barang-barang yang dapat dibeli. Tidak heran banyak orang yang suka menginap di daerah Chinatownsupaya puas belanja dan juga kulineran.

Saat kami mengunjungi Kuala Lumpur kemarin, kami tinggal di daerah Chinatown. Chinatown di Kuala Lumpurtidaklah jauh berbeda dengan Chinatown pada umumnya, penuh dengan orang-orang yang ingin berbelanja dan kulineran. Berhubung kami tidak terlalu suka belanja, maka kami pun menjelajah Chinatown untuk berburu makanan. Adadua tempat yang sempat kami kunjungi saat berada di Chinatown.

1. Shin Kee Beef Noodle
Shin Kee Beef Noodle
Tempat makan ini tidaklah sebesar yang kami bayangkan. Namun tempat ini terlihat sudah tua dan rasanya cukup terkenal. Tidak seperti tempat makan mie lainnya, Shin Kee Beef Noodleterkenal dengan mie berisi topping sapi dan olahannya seperti baso atau daging sapi. Saat kami datang, auntie yang ada memberikan menu dan kotak berisi pilihan mie. Nampaknya mie dapat diganti dengan mie lebar, kuetiau, ataupun bihun.
Shin Kee di masa dulu.
Bayar dulu baru makan ya ;)
Dari pilihan yang ada, nampaknya pemesan dapat memesan mie dengan kuah atau mie tanpa kuah. Kami memesan mie dengan kuah. Harganya cukup murah yaitu 8 RM untuk ukuran regular atau 10 RM untuk ukuran besar. Sedangkan untuk minumannya, Saat mie datang, kami pun segera menyantapnya. Dan Memang tidak heran jika reviewtempat makan ini begitu bagus. Baksonya begitu lembut dan terasa dagingnya. Sedangkan daging sapinya pun empuk. Kalau kata adik, lain kali harus ke sini lagi untuk makan noodle.
Mie dengan bakso sapi. 
Mie dengan daging cincang dan irisan daging sapi 

Shin Kee Beef Noodle
Alamat: JalanTun TanCheng LockCity Centre, Kuala Lumpur
Jam operasional: 10.30 – 19.00

2. Café Old Market Square
Cafe Old Market Square
Café yang sudah ada sejak tahun 1928 ini dulunya dikenal sebagai Kedai Kopi Sin Seng Nam. Kedai kopi ini dibuka oleh imigran dari Hainan, Chung Yu Ying dan saudara-saudaranya. Walau kedai kopi ini sangat terkenal, setelah beroperasi selama 85 tahun, kedai ini tutup di tahun 2003. namun di tahun 2014 kedai ini kembali dibuka dan dikenal sebagai Old Market Square, karena bangunan yang digunakan ini dulunya berada di wilayah pasar, sebelum Central Market dibangun.

Seperti layaknya kedai kopi, maka kafe ini beroperasi dari pagi. Kebanyakan yang makan adalah para karyawan yang akan pergi ke kantor. Menunya pun bervariasi dari menu sarapan seperti toast, telur setengah matang, nasi lemak, yong tau foo, chi chong fan, hingga makanan untuk makan siang seperti nasi hainan, steak, mee rojak, mee rebus, dan buah-buahan. Karena kami datang di pagi hari, maka kami pun memesan nasi lemak dan toastserta breakfast set.
Toast pesanan kami.
Breakfast set. Sayang nasi lemaknya sudah habis sebelum difoto. 
Untuk rasa, menurut kami rasanya cukup standard seperti Ya Kun Kaya Toast. Bahkan nasi lemaknya menurut kami lebih enak daripada nasi lemak yang kami makan saat di hotel ataupun di Malaka. Mungkin karena rasanya mirip kayak nasi lemak yang ada di Indonesia. Namun yang cukup mengejutkan adalah harganya yang cukup murah. Bahkan rasanya lebih murah daripada di Indonesia.

Café Old Market Square
Alamat: 2, MedanPasar, City Centre, Kuala Lumpur
Jam Operasional: 07.00 – 18.00 (Hari Sabtu dan Minggu tutup)

Dari dua tempat yang sempat kami kunjungi, sebetulnya masih banyak daftar tempat kuliner lain yang belum sempat kami coba (karena hujan yang mendadak turun begitu deras). Mungkin di lain waktu kami akan kembali berkeliling untuk kulineran di Chinatown.

Wednesday, February 20, 2019

KLCC Suria dan Twin Tower


Jika kita berbicara tentang negara tetangga, maka rasanya semua orang sepakat bahwa saat mendengar kata Singaporeyang terbayang adalah Merlion. Sedangkan saat mendengar kata Malaysia, apakah yang terbayang? Ada begitu banyak yang dapat menjadi icondari negara yang satu ini, dari Dataran Merdeka, KL Tower, Sultan Abdul Samad, hingga Twin Tower dan KLCC Suria. Dan tentunya bagi yang baru pertama kali datang ke KL, seperti saya dan anak-anak, haruslah mengunjungi tempat-tempat ini.

Setelah konferensi di Malaka selesai, kami pun menyempatkan diri untuk main-main di KL lagi. Alasan awalnya sih karena pesawat dari KL ke Jakartadi hari Minggu lumayan mahal dan selisih tiket hari Minggu dan hari Senin bisa digunakan untuk menginap di hotel sebanyak 3 hari. Jadi akhirnya kami pun memutuskan untuk menginap di KL semalam di hari Minggu sehingga dapat melihat-lihat dua icon diatas.

Kami berencana untuk mampir ke Twin Towerdari sore hari. Tujuannya supaya kami dapat berfoto dengan dua view, saat matahari masih ada dan saat matahari mulai terbenam. Namun manusia hanya dapat berencana, Tuhan yang menentukan. Minggu sore itu hujan turun dengan lebatnya, pake banget, sampai kami pun basah terkena tampiasan hujan (yang ternyata setelah kami pulang ke Jakarta, kami membaca berita bahwa hujan yang sama ini membuat underpassdi dekat KLCC terendam air). Kami pun akhirnya manis-manis di hotel sambil menunggu hujan reda.

Setelah hujan mereda, kami pun akhirnya pergi ke KLCC Suria. Untuk menuju KLCC Suria, sebetulnya kami dapat saja menaiki GOKL. Namun karena malas berputar-putar, kami pun memilih naik LRT dari Masjid Jamek ke KLCC Suria. Cukup sekali naik dan tidak usah berganti jalur.
Performance di LRT KLCC 
KLCC Suria merupakan salah satu pusat perbelanjaan yang terdiri dari enam lantai. Lokasinya yang berada di bawah Petronas membuat mall ini membuat orang yang mengunjungi mall ini sekalian berfoto di Twin Tower. Di dalam mall yang sudah ada sejak tahun 1999 ini terdapat Aquaria KLCC dan Petrosains atau science center. Alternative tempat hiburan untuk anak-anak jika mengunjungi KLCC Suria. Mall ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Ampang Mall, Park Mall, dan Ramlee Mall. Jadi kalau masuk ke dalam dan melihat nama-nama tersebut, jangan berpikir kalau kita salah masuk mall (seperti saya) =D

Selain itu, di bagian luarnya terdapat taman KLCC yang cukup luas. Biasanya pukul delapan malam akan ada pertunjukan lampu dan laser di danau di taman ini. Kalau kata papa, spot yang paling bagus untuk berfoto dengan latar belakang Twin Toweradalah dari taman ini. Saat kami tiba, banyak orang yang berdiri di pelataran mall yang mengarah ke taman ini. Ternyata hujan masih turun sehingga mereka menunggu hujan berhenti untuk kembali jalan-jalan di taman ini.

Kami pun memutuskan untuk makan malam dahulu. Siapa tahu setelah makan, hujan sudah reda. Sebagai mall besar, pastinya ada banyak pilihan makan di KLCC Suria, dari western hingga eastern, bahkan masakan Indonesia pun juga ada. Pilihan kami adalah Signatures Food Court yang berada di lantai 2. Katanya sih di salah satu sudut lantai ini, ada spot untuk melihat ke taman dan dapat melihat pertunjukan lampu.
Ipoh Noodle
Fish Ball and Wanton Noodle
Suasana di Food Court
Saat kami selesai makan, ternyata hujan di KL mirip dengan hujan di Jakarta, suka awet. Akhirnya kami berputar-putar di dalam mall dan supermarket. Kami pun menyerah dan kembali ke hotel. Sambil berharap siapa tahu besok cerah.

Keesokan harinya cuaca jauh lebih cerah daripada kemarin. Setelah makan pagi di daerah Chinatown, kami pun kembali naik LRT menuju KLCC. Tujuan kami jelas, yaitu untuk berfoto dengan background Twin Tower.

Twin Tower yang disebut juga Petronas Twin Tower ini sebenarnya adalah dua gedung perkantoran yang identik bentuknya. Oleh karena itu dua gedung ini disebut Twin Tower. Gedung ini terdiri dari 88 lantai mempunyai ketinggian 452 meter dan dihubungkan dengan sky bridge yang panjangnya 58 meter. Gedung pertama digunakan oleh perusahaan minyak Petronasdan perusahaan-perusahaan Malaysia yang berasosiasi dengan Petronas. Sedangkan gedung kedua digunakan oleh perusahaan multinasional.

Twin Tower yang diresmikan pada tahun 1998 terkenal sebagai gedung tertinggi mengalahkan rekor sebelumnya yang dipegang oleh Willis Tower di Chicago yang panjangnya 442 meter. Tetapi pada tahun 2004, Twin Tower tidak dikenal lagi sebagai gedung tertinggi di dunia karena adanya Taipei 101 yang tingginya 508 meter.
Twin Tower dari sisi depan. 
Kami pun berfoto dari depan gedung perkantoran ini. Namun hasilnya memang tidak begitu bagus. Akhirnya kami pun masuk kembali ke dalam mall untuk menuju Taman KLCC. Ternyata jam buka Taman KLCC ini lebih awal dari jam buka KLCC Suria. Dan saat kami tiba, ada banyak mahasiswa IPB yang berada di dalam taman ini. Mungkin ada karya wisata.
Akhirnya dapat berfoto juga di sini. Terima kasih kakak mahasiswa :)
Karena waktu yang terbatas, kami pun segera kembali ke hotel untuk segera menuju bandara. Mungkin lain kali kami sempat untuk berfoto di taman ini saat malam hari. :) 
Taman KLCC

Thursday, December 20, 2018

Transportasi dari Kuala Lumpur ke Melaka



Melaka merupakan salah satu kota yang terkenal sebagai salah satu tempat wisata. Sebagai negara yang menjadi tempat berpadunya kebudayaan barat dan timur, Melaka menjadi menarik untuk dikunjungi. Sayangnya tidak ada pesawat yang langsung menuju kota Melaka ini. Pilihan yang terdekat adalah transit ke Kuala Lumpur dan melanjutkan perjalanan dengan menggunakan alat transportasi darat.

Menuju Melaka dari KLIA (dan sebaliknya)
Bagi para turis yang ingin langsung menuju Melaka langsung dari bandara, ada dua pilihan kendaraan yang dapat digunakan. Yang pertama adalah dengan menyewa mobil. Tentunya akan lebih nyaman namun biayanya pun lumayan.

Yang kedua adalah dengan menggunakan bus umum. Satu-satunya bus umum yang ada adalah bus Transnasional. Bus ini cukup nyaman dan tentunya harganya bersahabat di kantong. Untuk orang dewasa, harga tiket bus menuju Melaka Sentral adalah 24.1 RM dan harga tiket untuk anak-anak adalah 18 RM. Lama perjalanan dari KLIA atau KLIA2 menuju Melaka kurang lebih 2.5 jam.
Transnasional bus. Sumber foto: klia2.info
Untuk menuju bandara langsung dari Melaka, disarankan lebih baik membeli tiket terlebih dahulu supaya tidak repot dan dapat memilih jam yang diinginkan.

Menuju Melaka dari Downtown (dan sebaliknya)
Untuk menuju Melaka dari downtown, kita harus mengetahui terminal manakah yang melayani transportasi antar negara bagian. Berbeda dengan saat datang ke KL kita akan berhenti di terminal KL Sentral, untuk menuju ke Melaka kita harus naik bus dari TBS atau Terminal Bersepadu Selatan. TBS merupakan salah satu terminal besar. Di TBS segala tujuan menuju negara bagian atau negara tetangga pun ada.

Yang menarik dari TBS, terminal ini berintegrasi dengan stasiun LRT Bandar Tasik Selatan atau BTS. BTS terletak di lajur LRT laluan Sri Petaling. Jadi untuk menuju ke TBS, kami hanya perlu naik LRT ke stasiun BTS lalu menyeberang ke TBS untuk menaiki bus. Karena hotel kami dekat dengan stasiun Masjid Jamek, maka kami hanya perlu naik LRT menuju stasiun Putra Heights dan berhenti di BTS. Dari sana kami berjalan menuju TBS. Sepanjang jembatan penyeberangan cukup banyak pengemis (termasuk pengemis bule) dan penjual barang walaupun ada tulisan dilarang menjajakan barang atau meminta-minta. Pemandangan yang cukup membingungkan anak-anak.
TBS yang penuh orang.
Awalnya kami berpikir bahwa proses pembelian tiket akan cepat. Namun kami baru sadar bahwa saat kami pergi adalah hari Deepavali yang merupakan hari libur nasional. Jadinya TBS pun penuh dengan turis domestik dan turis internasional. Untungnya sistem penjualan tiket yang digunakan di BTS ini lumayan canggih. Kami dapat membeli tiket dari loket manapun karena sistem penjualan tiket ini online. 
Counter tiket.
Berbeda dengan pembelian tiket dari KLIA menuju KL Sentral ataupun Melaka, anak-anak harus membeli tiket dewasa karena kami adalah turis. Harga tiket dewasa ini 11.40 RM dan bus akan berhenti di Melaka Sentral. Berhubung waktu sudah mendekati makan siang, maka kami memilih bus Mayangsari yang jalan pukul 12.30. Oleh petugas di loket, kami diminta untuk menuju gate di sebelah kanan bagian ticketing. Kami pun mampir sebentar ke Seven Eleven untuk membeli makanan, biar bisa makan sambil menunggu bus.
Ruang tunggu di lantai bawah.
Yang paling menarik di BTS ini adalah ruang tunggunya. Bayangan saya, ruang tunggunya ya sama seperti ruang tunggu terminal di Indonesia pada umumnya, yaitu duduk di bangku di depan nomor lajur bus. Namun saat kami turun ke bawah, ruang tunggu dan lajur bus berada di bagian bawah, ruang tunggunya nyaman dan ber-AC. Kami dapat duduk dengan santai sambil memakan makanan samgak kimbap yang kami beli. Bahkan papa sempat ke atas untuk membeli roti lagi, sebagai persediaan andaikan lapar di jalan. Tak lama kemudian bus datang dan kamipun dipanggil untuk segera naik ke bus. Perjalanan menuju Melaka ditempuh dalam waktu 2 jam.
Ruang tunggu untuk gate 10.
Bagaimana dengan perjalanan pulangnya? Berbeda dengan saat kami berangkat yang langsung membeli tiket saat kami mau jalan, kami disarankan oleh teman-teman yang sudah sering bolak-balik ke Melaka untuk membeli tiket perjalanan dari Melaka ke KL. Pembelian tiket pun secara kolektif, biar tidak usah semua orang pergi ke Melaka Sentral. Oleh para senior ini kami dibelikan tiket KKKL Express. Bus KKKL Express ini termasuk bus eksekutif. Dan memang ternyata untuk tiket kembali ke Kuala Lumpur, memang akan lebih baik jika kita membeli tiket di awal.
Melaka Sentral. 
Berbeda dengan TBS yang sangat wah, suasana di Melaka Sentral mirip seperti plaza kecil. Namun untuk makanan, di sini pun sangat lengkap. Bahkan ada McDonald’s di tempat ini. Kami hanya menunggu sebentar dan tidak lama kemudian bus kami pun datang. Bus KKKL memang terlihat nyaman tapi sayangnya bau rokok lumayan kencang. Namun bus KKKL ini sangat on time, sehingga jangan sampai kita telat atau akan ditinggal bus.

Sebagai kesimpulan, bepergian dari Kuala Lumpur ke Melaka dan juga sebaliknya sangatlah mudah. Bus apapun yang kita pilih, dari yang lumayan premium maupun yang biasa saja pun nyaman. Hanya saja, satu yang harus diingat adalah mereka sangat on time. Jadi lebih baik kita menunggu daripada kita ditinggal dan tiket hangus. Selamat berpetualang :)

Tuesday, December 11, 2018

Short Trip KL: Pagi Hari di Colonial Walk


Selasa pagi kami di KL disambut dengan cuaca yang sangat cerah. Mungkin karena kemarin hujan sudah puas mengguyur KL, sampai membuat KL Tower menjadi berkabut, maka pagi ini sangat cerah. Agenda kami pagi ini hanyalah berjalan melihat-lihat bangunan tua yang ada di dekat tempat kami menginap. Berhubung hotel yang kami tempati tidak menyediakan sarapan, maka kami pun mencari sarapan. Di sekitar Masjid Jamek ini memang banyak tempat makan, baik makanan khas Indiadan juga fastfood seperti Burger King, KFC, dan McDonalds. Dan berhubung kemarin anak-anak melihat iklan Mac n Cheese di menu breakfast KFC, maka pagi ini kami pun mencoba untuk sarapan di KFC.
Hobi iseng mama, memfoto lantai ;D 
Apa sih bedanya sarapan di KFC dan McDonalds? Bedanya adalah porsinya. Menu sarapan di McDonalds besar, sebanding dengan harganya. Sedangkan menu sarapan di KFC mungil. Untung saja Mac n Cheese-nya lumayan enak. Jadi sedikit menghibur hati kami. Selesai sarapan, kami pun berjalan menyusuri kawasan Kolonial yang terletak dekat Chinatown.

Di kawasan ini terdapat banyak sekali gedung-gedung tua yang sangat bagus. Diawali dari menyusuri sungai di dekat Masjid Jamek. Masjid Jamek merupakan salah satu masjid tertua di Kuala Lumpur. Masjid yang berada dipertemuan sungai Klang dan Gombak ini dibangun tahun 1909 dan dirancang oleh Arthur Benison Hubback. Arsitekturnya yang khas membuat orang senang berfoto di depan masjid ini.
Masjid Jamek
Larangan berkelakuan sumbang, yang membuat anak-anak jadi bertanya.
Yang cukup membuat kami takjub adalah masih ada orang yang tidur di kursi yang disediakan. Entah memang tuna wisma atau orang yang kelelahan setelah berjalan-jalan di daerah ini. Ternyata pagi itu kami tidaklah sendiri. Ada beberapa turis dari Thailandyang sedang jalan-jalan dan berfoto dengan pose yang menakjubkan.
Kuala Lumpur 0 Mile 
Peta Colonial Walk 
Di ujung jalan yang kami lalui terdapat Museum Tekstil Malaysia. Bangunannya yang cantik membuat banyak orang berfoto di depan museum ini. Memang di kawasan ini gedung-gedung yang ada membuat semua orang tertarik untuk berfoto. Kami menyeberang menuju Dataran Merdeka.
Foto ala kakak yang membuat turis Thailand gemas.
Museum Tekstil Malaysia dan turis-turis yang baru selesai berfoto.
Dataran merdeka atau Merdeka Square terlihat hanya seperti lapangan luas saja. Namun lapangan ini menyimpan sejarah kemerdekaan bangsa Malaysia. Di tempat ini bendera Union Jack diturunkan dan bendera Federasi Malaya dikibarkan untuk pertama kalinya di tanggal 31 Agustus 1957, yang kita kenal sebagai hari kemerdekaan Malaysia.
Dataran Merdeka yang sedang ditutup sementara.
Air mancur yang jadi rebutan turis-turis untuk berfoto 
Di sebelah Dataran Merdeka terdapat Kuala Lumpur City Gallery. KL City Gallery merupakan galeri yang menyimpan cerita mengenai Kuala Lumpurdimasa lampau, sekarang dan yang akan datang. Kabarnya di dalam galeri ini ada Experience 360. Namun tujuan kami bukanlah berkeliling di dalam galeri tersebut. Di depan KL City Galery disediakan tulisan besar yang memang untuk berfoto. I Love KL ini merupakan salah satu spot yang wajib dikunjungi saat berkunjung di KL. I Love KL ini dibuat pada tahun 2012 oleh Andrew Lee. I Love KL ini mempunyai tinggi kurang lebih 12 kaki dan dan berat kurang lebih1 ton.
Mejeng dulu di tulisan Batik. 
Awalnya sculpture ini hanya sebagai penanda di depan KL City Gallerysebagai salah satu bangunan bersejarah yang sudah ada dari 1898. Namun lama-lama banyak orang yang suka berfoto di depan sini, termasuk kami. Antrian pun disediakan supaya para turis berfoto dengan teratur. Saat kami datang, ada beberapa turis lokal yang sibuk berfoto berkali-kali dan beberapa temannya tidak mau antri. Untungnya petugas yang berada di situ dengan tegas menegur dan mengingatkan mereka untuk antri terlebih dahulu.
Thank you Sir for helping us to take our picture. 
Perjalanan kami pun berlanjut menuju bangunan Sultan Abdul Samad. Bangunan bergaya Moorish ini dulunya digunakan sebagai kantor pemerintahan kolonial Britania Raya. Gedung yang sudah beroperasi sejak tahun 1897 mempunyai clock tower setinggi 41.2 meter. Kalau kata papa, sepertinya negara-negara yang pernah dijajah oleh Inggris selalu mempunyai clock tower.
Clock Tower
Bangunan Sultan Abdul Samad secara keseluruhan
Kami berjalan kembali menuju hotel. Sepanjang perjalanan balik ke hotel, kami cukup terkagum-kagum dengan sungai yang ada. Semua terlihat bersih dan menarik untuk dilihat. Ternyata pemerintah Malaysia mempunyai program River of Life yang bertujuan untuk merevitalisasi dan mempercantik kawasan di sekitar pertemuan Sungai Klang dan Sungai Gombak. Saat malam, akan ada lampu warna biru yang membuat sepanjang sungai ini terlihat romantis.
Jembatan yang rasanya bisa jadi spot yang cantik untuk berfoto.
River of Life
Pohon Willow yang membuat suasana menjadi adem. 
Acara berjalan-jalan di Colonial Walkpun usai sudah. Kami kembali menuju hotel untuk check out dan melanjutkan perjalanan kami ke Malaka. 
KL Tower terlihat dengan jelas

Friday, November 30, 2018

Short Trip di Kuala Lumpur: Jalan-Jalan di Bukit Bintang

KL Tower yang tertutup kabut.
Berawal dari kunjungan kami ke Legoland satu setengah tahun yang lalu, kami menjadi penasaran dengan tempat-tempat yang ada di Kuala Lumpur. Namun kalau hanya bertujuan mengunjungi KL saja, rasanya kami belum seniat itu. Akhirnya kesempatan itu datang juga.

Tahun ini kami berencana untuk mengikuti Family Conference bagi para homeschooler. Biasanya kegiatan ini dilakukan di Melaka, yang berarti kami harus naik pesawat ke KL, baru naik bus ke Melaka. Tiba-tiba di bulan Februari kemarin, Airasia mengadakan promo kursi gratis (yang biasanya tidak pernah dilakukan sebelum GATF fase 1. Dan tiba-tiba juga ada wacana ada kemungkinan konferensi dilakukan di KL dengan tanggal maju satu hari daripada di Melaka. Berhubung promo tiket murah, maka kami pun mengambil tanggal yang aman sehingga dimanapun konferensi dilakasanakan, kami dapat mengikuti tepat waktu.

Singkat cerita, diputuskan konferensi tetap diadakan di Melaka. Yang berarti kami punya waktu bebas satu hari untuk bermain di KL. Kami pun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Kami mengatur jadwal supaya kami dapat menikmati jalan-jalan tanpa harus membuat kami kecapekan sebelum konferensi dimulai. Karena memang tujuan utama kami kan mengikuti konferensi.

Walaupun terjadi perubahan jam keberangkatan dari siang menjadi subuh dan menjadi jalan jam 8 pagi, kami tetap bersemangat tingkat tinggi. Maklum, pertama kalinya kami jalan-jalan ke sana. Begitu tiba di KLIA2, terminal untuk budget airline, kami pun segera menuju bagian imigrasi. Sempat bingung juga karena kami tidak mendapatkan form apapun untuk diisi. Ternyata memang tidak ada form apapun yang harus diisi.
KLIA2 
Tujuan utama kami setelah mengambil bagasi adalah membeli simcard untuk telephone. Begitu keluar dari hall, ada banyak Kalau biasanya kami memang tidak pernah roaming atau membeli simcard, namun karena kami akan banyak menggunakan grab di sini, maka kami pun mencari simcard. Di Malaysia ini ada beberapa provider yang menawarkan paket untuk turis. Biasanya ada paket 7 hari dan 14 hari, tergantung kebutuhan dan penggunaannya. Berhubung kami akan berada selama 8 hari di Malaysia, maka kami pun memilih menggunakan U-Mobile yang mempunyai paket untuk 10 hari. Toh hanya untuk memesan grab. Sayangnya paket yang kami cari ini tidak ada di bandara. Maka kami pun melanjutkan kegiatan kami dengan mencari tempat untuk makan siang.
Outlet simcard di bagian kedatangan 
Di KLIA2 ini terdapat banyak tempat makan yang dapat dipilih. Pilihan kami pun jatuh kepada Subway. Pilihannya tidak sebanyak saat kami di Singapore, tetapi cukup mengobati kerinduan anak-anak akan makanan satu ini. Sayangnya acara makan kami kali ini tidak begitu tenang karena banyak lalat yang sibuk berkeliling di sekeliling tempat makan. Memang KLIA2 tidak sebersih Soekarno Hatta.

Agenda kami selanjutnya adalah menuju downtown. Untuk menuju KL, ada beberapa cara yang dapat dipilih. Yang pertama cara yang paling nyaman, yaitu naik taksi atau grab. Kita dapat langsung ke tempat tujuan. Tetapi tentu harganya juga lumayan. Cara kedua adalah naik public transport menuju KL Sentral. KL Sentral merupakan terminal atau stasiun yang melayani semua jenis transportasi yang ada di KL, yaitu monorail, LRT, dan bus.

Ada dua moda transportasi yang dapat dipilih. Yang pertama adalah kereta KLIA Ekspress. Dengan naik kereta, dalam waktu kurang lebih 40 menit. Harganya pun berasa di kantong, yaitu 55 RM. Yang kedua adalah dengan menaiki bus Aerobus atau Skybus menuju KL Sentral. Waktu yang ditempuh adalah 60 menit, namun harganya hanya 12 RM untuk dewasa dan 6 RM untuk anak-anak. Pilihan kami tentu jatuh ke bus.

Setelah tiba di KL Sentral, kami pun segera naik LRT menuju hotel tujuan kami, yaitu Ahyu Hotel. Saat kami tiba, hujan turun deras sekali. Berhubung anak-anak kelaparan lagi, apalagi semenjak tiba di KL adik menjadi batuk pilek, maka kami pun mampir ke supermarket di dalam stasiun, yaitu mynews.com. Dan ternyata di supermarket ini juga dijual simcard yang kami inginkan dengan harga 8.5 RM. Lumayan juga bukan?

Setelah selesai meletakkan barang-barang kami, petualangan kami di KL ini pun dimulai. Tujuan kami saat itu adalah menuju daerah Bukit Bintang. Bukit Bintang merupakan daerah yang cukup terkenal dikalangan turis. Bahkan tempat penginapan pun cukup banyak di kawasan ini. Di kawasan ini terdapat banyak tempat perbelanjaan dan tempat makan, dari yang budget sampai yang wah, seperti Pavilion, Lot 10, Alor Food Court, Sungei Wang, dan sebagainya. Tujuan kami adalah ke Sungei Wang. 

Untuk berkeliling di Kuala Lumpur, kami memanfaatkan GOKL. GOKL merupakan circular shuttle bus yang disediakan untuk para turis secara gratis. Cukup berdiri di tempat pemberhentian yang ditentukan, maka dalam jangka waktu 10 sampai 15 menit sekali bus tersebut akan datang. Dari Chinatown kami pun naik GOKL Purple menuju Bukit Bintang.

Nampaknya hujan masih bersemangat untuk turun sore itu. Saat kami masuk ke dalam bus, hujan turun dengan sangat deras. Kami pun turun di dekat Pavilion, dengan pertimbangan mencari pemberhentian yang dekat dengan gedung. Dan untungnya saat kami turun, hujan sudah sedikit mereda.

Sungei Wang Plaza terkenal sebagai tempat perbelanjaan seperti ITC. Di dalam plaza yang sudah beroperasi sejak dari tahun 1977 ini terdapat beberapa brand terkenal seperti Giordano, Daiso, dan tempat makan lainnya. Di sini juga ada supermarket Giant. Biasanya orang datang ke sini untuk berbelanja, karena harganya yang miring dan untuk menukarkan uang. 
Dekorasi Deepavali yang terbuat dari beras yang diwarnai. 
Money changer di sini sangatlah banyak dan terkenal mempunyai rate yang bagus, termasuk untuk rupiah. Kami berkeliling di sekitar tempat penukaran uang dan menemukan bahwa MaxMoney memberikan rate yang bagus. MaxMoney sendiri ada dua outlet dan rate-nya berbeda. Tetapi letaknya saling berdekatan. Jadi mudah untuk memeriksa mana yang memberikan rate yang bagus. Dan memang menukar Ringgit dari Rupiah jauh lebih bagus rate-nya saat di sana.

Setelah menukarkan uang di Max Money, kami pun berjalan menuju Alor Food Court. Tujuan kami adalah mencari makan malam. Alor Food Court sendiri merupakan jalanan yang terdiri dari banyak tempat makan. Dari makanan khas Nyonya, Chinese Food, India, Thailand, sampai makanan khas Indonesia juga ada. Di sepanjang jalan juga terdapat banyak coconut drink alias air kelapa. 
Duren bagi yang suka duren.
Makanan Kamboja.
Pilihan kami jatuh ke Chinese Food yang menjual nasi dan lamian atau mie. Rasanya makan makanan berkuah setelah hujan akan enak. Anak-anak memilih untuk makan mie dan kami memilih untuk makan nasi. Pesanan kami pun datang dengan cepat dan ludes dengan cepat juga.
Wantan Noodle pilihan kakak.
Fishball Noodle pilihan adik.
Setelah makan, kami pun berjalan menyusuri Jalan Alor. Semakin menyusuri Jalan Alor, semakin hijau mata kami. Pilihan makanan yang bermacam-macam membuat kami ingin makan kembali. Apa daya kami sudah kekenyangan. Kata kakak, di sini seperti di Myeongdong, banyak street food. Memang kalau dipikir-pikir, agak mirip dengan street food di sana. 
Air Kelapa hanya 5RM.
Jalanan yang mulai padat dengan turis dan warga setempat yang mencari makan.
Kami pun memutuskan kembali ke hotel tempat kami menginap. Berhubung rasanya sudah lelah, maka kami pun memilih untuk menggunakan Grab. Dan ajaibnya, harga Grab dengan naik public transport lebih murah naik Grab :)
Suasana malam hari di Bukit Bintang