Thursday, December 20, 2018

Transportasi dari Kuala Lumpur ke Melaka



Melaka merupakan salah satu kota yang terkenal sebagai salah satu tempat wisata. Sebagai negara yang menjadi tempat berpadunya kebudayaan barat dan timur, Melaka menjadi menarik untuk dikunjungi. Sayangnya tidak ada pesawat yang langsung menuju kota Melaka ini. Pilihan yang terdekat adalah transit ke Kuala Lumpur dan melanjutkan perjalanan dengan menggunakan alat transportasi darat.

Menuju Melaka dari KLIA (dan sebaliknya)
Bagi para turis yang ingin langsung menuju Melaka langsung dari bandara, ada dua pilihan kendaraan yang dapat digunakan. Yang pertama adalah dengan menyewa mobil. Tentunya akan lebih nyaman namun biayanya pun lumayan.

Yang kedua adalah dengan menggunakan bus umum. Satu-satunya bus umum yang ada adalah bus Transnasional. Bus ini cukup nyaman dan tentunya harganya bersahabat di kantong. Untuk orang dewasa, harga tiket bus menuju Melaka Sentral adalah 24.1 RM dan harga tiket untuk anak-anak adalah 18 RM. Lama perjalanan dari KLIA atau KLIA2 menuju Melaka kurang lebih 2.5 jam.
Transnasional bus. Sumber foto: klia2.info
Untuk menuju bandara langsung dari Melaka, disarankan lebih baik membeli tiket terlebih dahulu supaya tidak repot dan dapat memilih jam yang diinginkan.

Menuju Melaka dari Downtown (dan sebaliknya)
Untuk menuju Melaka dari downtown, kita harus mengetahui terminal manakah yang melayani transportasi antar negara bagian. Berbeda dengan saat datang ke KL kita akan berhenti di terminal KL Sentral, untuk menuju ke Melaka kita harus naik bus dari TBS atau Terminal Bersepadu Selatan. TBS merupakan salah satu terminal besar. Di TBS segala tujuan menuju negara bagian atau negara tetangga pun ada.

Yang menarik dari TBS, terminal ini berintegrasi dengan stasiun LRT Bandar Tasik Selatan atau BTS. BTS terletak di lajur LRT laluan Sri Petaling. Jadi untuk menuju ke TBS, kami hanya perlu naik LRT ke stasiun BTS lalu menyeberang ke TBS untuk menaiki bus. Karena hotel kami dekat dengan stasiun Masjid Jamek, maka kami hanya perlu naik LRT menuju stasiun Putra Heights dan berhenti di BTS. Dari sana kami berjalan menuju TBS. Sepanjang jembatan penyeberangan cukup banyak pengemis (termasuk pengemis bule) dan penjual barang walaupun ada tulisan dilarang menjajakan barang atau meminta-minta. Pemandangan yang cukup membingungkan anak-anak.
TBS yang penuh orang.
Awalnya kami berpikir bahwa proses pembelian tiket akan cepat. Namun kami baru sadar bahwa saat kami pergi adalah hari Deepavali yang merupakan hari libur nasional. Jadinya TBS pun penuh dengan turis domestik dan turis internasional. Untungnya sistem penjualan tiket yang digunakan di BTS ini lumayan canggih. Kami dapat membeli tiket dari loket manapun karena sistem penjualan tiket ini online. 
Counter tiket.
Berbeda dengan pembelian tiket dari KLIA menuju KL Sentral ataupun Melaka, anak-anak harus membeli tiket dewasa karena kami adalah turis. Harga tiket dewasa ini 11.40 RM dan bus akan berhenti di Melaka Sentral. Berhubung waktu sudah mendekati makan siang, maka kami memilih bus Mayangsari yang jalan pukul 12.30. Oleh petugas di loket, kami diminta untuk menuju gate di sebelah kanan bagian ticketing. Kami pun mampir sebentar ke Seven Eleven untuk membeli makanan, biar bisa makan sambil menunggu bus.
Ruang tunggu di lantai bawah.
Yang paling menarik di BTS ini adalah ruang tunggunya. Bayangan saya, ruang tunggunya ya sama seperti ruang tunggu terminal di Indonesia pada umumnya, yaitu duduk di bangku di depan nomor lajur bus. Namun saat kami turun ke bawah, ruang tunggu dan lajur bus berada di bagian bawah, ruang tunggunya nyaman dan ber-AC. Kami dapat duduk dengan santai sambil memakan makanan samgak kimbap yang kami beli. Bahkan papa sempat ke atas untuk membeli roti lagi, sebagai persediaan andaikan lapar di jalan. Tak lama kemudian bus datang dan kamipun dipanggil untuk segera naik ke bus. Perjalanan menuju Melaka ditempuh dalam waktu 2 jam.
Ruang tunggu untuk gate 10.
Bagaimana dengan perjalanan pulangnya? Berbeda dengan saat kami berangkat yang langsung membeli tiket saat kami mau jalan, kami disarankan oleh teman-teman yang sudah sering bolak-balik ke Melaka untuk membeli tiket perjalanan dari Melaka ke KL. Pembelian tiket pun secara kolektif, biar tidak usah semua orang pergi ke Melaka Sentral. Oleh para senior ini kami dibelikan tiket KKKL Express. Bus KKKL Express ini termasuk bus eksekutif. Dan memang ternyata untuk tiket kembali ke Kuala Lumpur, memang akan lebih baik jika kita membeli tiket di awal.
Melaka Sentral. 
Berbeda dengan TBS yang sangat wah, suasana di Melaka Sentral mirip seperti plaza kecil. Namun untuk makanan, di sini pun sangat lengkap. Bahkan ada McDonald’s di tempat ini. Kami hanya menunggu sebentar dan tidak lama kemudian bus kami pun datang. Bus KKKL memang terlihat nyaman tapi sayangnya bau rokok lumayan kencang. Namun bus KKKL ini sangat on time, sehingga jangan sampai kita telat atau akan ditinggal bus.

Sebagai kesimpulan, bepergian dari Kuala Lumpur ke Melaka dan juga sebaliknya sangatlah mudah. Bus apapun yang kita pilih, dari yang lumayan premium maupun yang biasa saja pun nyaman. Hanya saja, satu yang harus diingat adalah mereka sangat on time. Jadi lebih baik kita menunggu daripada kita ditinggal dan tiket hangus. Selamat berpetualang :)

Friday, November 30, 2018

Short Trip di Kuala Lumpur: Jalan-Jalan di Bukit Bintang

KL Tower yang tertutup kabut.
Berawal dari kunjungan kami ke Legoland satu setengah tahun yang lalu, kami menjadi penasaran dengan tempat-tempat yang ada di Kuala Lumpur. Namun kalau hanya bertujuan mengunjungi KL saja, rasanya kami belum seniat itu. Akhirnya kesempatan itu datang juga.

Tahun ini kami berencana untuk mengikuti Family Conference bagi para homeschooler. Biasanya kegiatan ini dilakukan di Melaka, yang berarti kami harus naik pesawat ke KL, baru naik bus ke Melaka. Tiba-tiba di bulan Februari kemarin, Airasia mengadakan promo kursi gratis (yang biasanya tidak pernah dilakukan sebelum GATF fase 1. Dan tiba-tiba juga ada wacana ada kemungkinan konferensi dilakukan di KL dengan tanggal maju satu hari daripada di Melaka. Berhubung promo tiket murah, maka kami pun mengambil tanggal yang aman sehingga dimanapun konferensi dilakasanakan, kami dapat mengikuti tepat waktu.

Singkat cerita, diputuskan konferensi tetap diadakan di Melaka. Yang berarti kami punya waktu bebas satu hari untuk bermain di KL. Kami pun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Kami mengatur jadwal supaya kami dapat menikmati jalan-jalan tanpa harus membuat kami kecapekan sebelum konferensi dimulai. Karena memang tujuan utama kami kan mengikuti konferensi.

Walaupun terjadi perubahan jam keberangkatan dari siang menjadi subuh dan menjadi jalan jam 8 pagi, kami tetap bersemangat tingkat tinggi. Maklum, pertama kalinya kami jalan-jalan ke sana. Begitu tiba di KLIA2, terminal untuk budget airline, kami pun segera menuju bagian imigrasi. Sempat bingung juga karena kami tidak mendapatkan form apapun untuk diisi. Ternyata memang tidak ada form apapun yang harus diisi.
KLIA2 
Tujuan utama kami setelah mengambil bagasi adalah membeli simcard untuk telephone. Begitu keluar dari hall, ada banyak Kalau biasanya kami memang tidak pernah roaming atau membeli simcard, namun karena kami akan banyak menggunakan grab di sini, maka kami pun mencari simcard. Di Malaysia ini ada beberapa provider yang menawarkan paket untuk turis. Biasanya ada paket 7 hari dan 14 hari, tergantung kebutuhan dan penggunaannya. Berhubung kami akan berada selama 8 hari di Malaysia, maka kami pun memilih menggunakan U-Mobile yang mempunyai paket untuk 10 hari. Toh hanya untuk memesan grab. Sayangnya paket yang kami cari ini tidak ada di bandara. Maka kami pun melanjutkan kegiatan kami dengan mencari tempat untuk makan siang.
Outlet simcard di bagian kedatangan 
Di KLIA2 ini terdapat banyak tempat makan yang dapat dipilih. Pilihan kami pun jatuh kepada Subway. Pilihannya tidak sebanyak saat kami di Singapore, tetapi cukup mengobati kerinduan anak-anak akan makanan satu ini. Sayangnya acara makan kami kali ini tidak begitu tenang karena banyak lalat yang sibuk berkeliling di sekeliling tempat makan. Memang KLIA2 tidak sebersih Soekarno Hatta.

Agenda kami selanjutnya adalah menuju downtown. Untuk menuju KL, ada beberapa cara yang dapat dipilih. Yang pertama cara yang paling nyaman, yaitu naik taksi atau grab. Kita dapat langsung ke tempat tujuan. Tetapi tentu harganya juga lumayan. Cara kedua adalah naik public transport menuju KL Sentral. KL Sentral merupakan terminal atau stasiun yang melayani semua jenis transportasi yang ada di KL, yaitu monorail, LRT, dan bus.

Ada dua moda transportasi yang dapat dipilih. Yang pertama adalah kereta KLIA Ekspress. Dengan naik kereta, dalam waktu kurang lebih 40 menit. Harganya pun berasa di kantong, yaitu 55 RM. Yang kedua adalah dengan menaiki bus Aerobus atau Skybus menuju KL Sentral. Waktu yang ditempuh adalah 60 menit, namun harganya hanya 12 RM untuk dewasa dan 6 RM untuk anak-anak. Pilihan kami tentu jatuh ke bus.

Setelah tiba di KL Sentral, kami pun segera naik LRT menuju hotel tujuan kami, yaitu Ahyu Hotel. Saat kami tiba, hujan turun deras sekali. Berhubung anak-anak kelaparan lagi, apalagi semenjak tiba di KL adik menjadi batuk pilek, maka kami pun mampir ke supermarket di dalam stasiun, yaitu mynews.com. Dan ternyata di supermarket ini juga dijual simcard yang kami inginkan dengan harga 8.5 RM. Lumayan juga bukan?

Setelah selesai meletakkan barang-barang kami, petualangan kami di KL ini pun dimulai. Tujuan kami saat itu adalah menuju daerah Bukit Bintang. Bukit Bintang merupakan daerah yang cukup terkenal dikalangan turis. Bahkan tempat penginapan pun cukup banyak di kawasan ini. Di kawasan ini terdapat banyak tempat perbelanjaan dan tempat makan, dari yang budget sampai yang wah, seperti Pavilion, Lot 10, Alor Food Court, Sungei Wang, dan sebagainya. Tujuan kami adalah ke Sungei Wang. 

Untuk berkeliling di Kuala Lumpur, kami memanfaatkan GOKL. GOKL merupakan circular shuttle bus yang disediakan untuk para turis secara gratis. Cukup berdiri di tempat pemberhentian yang ditentukan, maka dalam jangka waktu 10 sampai 15 menit sekali bus tersebut akan datang. Dari Chinatown kami pun naik GOKL Purple menuju Bukit Bintang.

Nampaknya hujan masih bersemangat untuk turun sore itu. Saat kami masuk ke dalam bus, hujan turun dengan sangat deras. Kami pun turun di dekat Pavilion, dengan pertimbangan mencari pemberhentian yang dekat dengan gedung. Dan untungnya saat kami turun, hujan sudah sedikit mereda.

Sungei Wang Plaza terkenal sebagai tempat perbelanjaan seperti ITC. Di dalam plaza yang sudah beroperasi sejak dari tahun 1977 ini terdapat beberapa brand terkenal seperti Giordano, Daiso, dan tempat makan lainnya. Di sini juga ada supermarket Giant. Biasanya orang datang ke sini untuk berbelanja, karena harganya yang miring dan untuk menukarkan uang. 
Dekorasi Deepavali yang terbuat dari beras yang diwarnai. 
Money changer di sini sangatlah banyak dan terkenal mempunyai rate yang bagus, termasuk untuk rupiah. Kami berkeliling di sekitar tempat penukaran uang dan menemukan bahwa MaxMoney memberikan rate yang bagus. MaxMoney sendiri ada dua outlet dan rate-nya berbeda. Tetapi letaknya saling berdekatan. Jadi mudah untuk memeriksa mana yang memberikan rate yang bagus. Dan memang menukar Ringgit dari Rupiah jauh lebih bagus rate-nya saat di sana.

Setelah menukarkan uang di Max Money, kami pun berjalan menuju Alor Food Court. Tujuan kami adalah mencari makan malam. Alor Food Court sendiri merupakan jalanan yang terdiri dari banyak tempat makan. Dari makanan khas Nyonya, Chinese Food, India, Thailand, sampai makanan khas Indonesia juga ada. Di sepanjang jalan juga terdapat banyak coconut drink alias air kelapa. 
Duren bagi yang suka duren.
Makanan Kamboja.
Pilihan kami jatuh ke Chinese Food yang menjual nasi dan lamian atau mie. Rasanya makan makanan berkuah setelah hujan akan enak. Anak-anak memilih untuk makan mie dan kami memilih untuk makan nasi. Pesanan kami pun datang dengan cepat dan ludes dengan cepat juga.
Wantan Noodle pilihan kakak.
Fishball Noodle pilihan adik.
Setelah makan, kami pun berjalan menyusuri Jalan Alor. Semakin menyusuri Jalan Alor, semakin hijau mata kami. Pilihan makanan yang bermacam-macam membuat kami ingin makan kembali. Apa daya kami sudah kekenyangan. Kata kakak, di sini seperti di Myeongdong, banyak street food. Memang kalau dipikir-pikir, agak mirip dengan street food di sana. 
Air Kelapa hanya 5RM.
Jalanan yang mulai padat dengan turis dan warga setempat yang mencari makan.
Kami pun memutuskan kembali ke hotel tempat kami menginap. Berhubung rasanya sudah lelah, maka kami pun memilih untuk menggunakan Grab. Dan ajaibnya, harga Grab dengan naik public transport lebih murah naik Grab :)
Suasana malam hari di Bukit Bintang