Friday, March 15, 2019

Review Avenue J Hotel

Avenue J Hotel
Seperti disebutkan dalam artikelsebelumnya, Chinatown selalu identik dengan hotel. Dan memang biasanya ada banyak pilihan hotel, dari yang wah sampai yang biasa. Dari yang murah sampai yang mahal, semua ada di Chinatown. Salah satunya adalah Avenue J Hotel.

Hotel yang satu ini terletak di dekat Central Market, Chinatown dan Dataran Merdeka. Lingkungan hotel ini terlihat lebih elit dibanding Ahyu Hotel, hotel yang pertama kali kami tempati saat tiba di Kuala Lumpur. Gedungnya pun terlihat megah dengan cat putihnya.

Saat kami tiba, staff yang ada menyambut kami. Proses check inberlangsung dengan cepat dan sama seperti sebelum-sebelumnya, kami harus mengeluarkan biaya tambahan untuk pajak hotel. Kami pun diantar oleh salah satu staf ke kamar kami.
Lobby dan cafe di dalam. Terkesan modern dan nyaman.
Seperti biasa, karena kami hanya menggunakan kamar untuk tidur malam saja, kami pun memilih kamar tanpa jendela. Pengalaman kami selama ini, baik saat menginap di guesthouse atau hostel di Seoul, hotel di Singapore, dan AhyuHotel, walau kamar kami tanpa jendela, namun selalu bersih. Kami pun memilih hal yang sama dengan Ahyu Hotel. Namun nampaknya kali ini pilihan kami salah.

Bau apek dan lembab tercium saat kami memasuki kamar yang diberikan kepada kami. Bahkan kami dapat melihat debu di sudut-sudut ruangan. Untung hanya satu malam, kata Papa. Namun ternyata kejutan yang kami dapatkan bukan hanya itu.
Kamar mandi tanpa sekat.
Tiba-tiba lampu mati. Dan tidak lama kemudian menyala kembali. Hal ini terjadi beberapa kali dalam lima menit pertama. Akhirnya kami pun menelpon resepsionis dan menjelaskan kejadian yang ada. Teknisi pun segera datang memeriksa dan berkata jika lampu mati dan nyala ini terjadi lagi berkali-kali dalam beberapa menit, maka kami diminta untuk menghubungi resepsionis agar dipindahkan kamar. Akhir dari babak ini pastilah sudah tertebak, kami harus menelpon untuk minta dipindahkan kamar.

Kamar baru yang kami tempati pun tidak jauh berbeda keadaannya dengan kamar sebelumnya. Di sudut-sudut ruangan pun terlihat debu. Bantal yang diberikan pun bau apek. Untuk kualitas hotel, kamar ini tidak nampak seperti kamar hotel.
Complementary drink dan perlengkapannya. 
Yang menghibur kami adalah lukisan yang ada di dinding. Setiap kamar mempunyai gambar berbeda-beda. Setiap gambar tersebut menarik untuk dilihat. Yah, selalu ada sisi positif dari segala hal, bukan?
Ikan Paus penghibur kami 
Untuk sarapan, di hotel ini disediakan sarapan. Tempat sarapan ini berada di lobby hotel. Tetapi jika tidak memesan sarapan, di sekitar sini banyak tempat makanan, namanya juga Chinatown. Selalu banyak tempat kuliner, bahkan di depan hotel ini pun ada Café Old Market Square.

Kesimpulannya, never judge the hotel from its building. Dibanding dengan pengalaman kami saat di Ahyu, kami lebih merasa nyaman saat di sanawalaupun dari luar tidak terlihat seperti hotel. Namun nilai tambah saat di Avenue adalah staf yang ada sangat ramah, baik terhadap kami maupun terhadap anak-anak. Mungkin saja kondisi kamar yang berjendela akan lebih baik dibanding kamar yang tidak berjendela. Jadi jika memang mencari hotel yang dekat sekali dengan Chinatown dan Dataran Merdeka ini, kami sarankan untuk memilih kamar yang berjendela. :)

Sekilas Informasi
Avenue J Hotel
Website: www.avenuejhotels.com
Alamat: 13, Leboh Pasar Besar, City Center, Kuala Lumpur

Sunday, November 25, 2018

Review Ahyu Hotel Kuala Lumpur


Awal bulan ini kami mengikuti Family Conference di Melaka. Melaka sendiri merupakan salah satu negara bagian di Malaysia. Sayangnya tidak ada pesawat yang langsung menuju Melaka dari Jakarta. Untuk menuju negara bagian ini, kami harus terbang dulu ke Kuala Lumpur, baru melanjutkan perjalanan menuju  Melaka dengan menggunakan bus. 

Berhubung kami mendapatkan tiket murah saat ada promo kursi gratis, maka kami mempunyai waktu lebih lama sebelum Family Conference dimulai. Dan karena ini adalah pertama kalinya bagi saya dan anak-anak menginjakkan kaki di KL, maka kami pun membuat agenda untuk berjalan-jalan terlebih dahulu. Akhirnya kami menjadwalkan untuk menginap satu malam di KL, baru melanjutkan perjalanan ke Melaka.

Tempat mana sih yang enak untuk menginap di Kuala Lumpur? Pasti banyak orang menjawab daerah Bukit Bintang. Hal ini wajar, karena di daerah Bukit Bintang banyak sekali tempat-tempat wisata dan kuliner yang gampang dicari. Namun kami mempunyai opsi lain.

Karena kami akan ke Melaka dengan menggunakan bus, maka kami mencari penginapan yang aksesnya mudah alias tidak jauh dari stasiun LRT. Kenapa LRT? Karena stasiun bus menuju Melaka yaitu Terminal Bersepadu Selatan (TBS) terhubung dengan stasiun LRT Bandar Tasik Selatan (BTS). Jadi akan lebih mudah jika kami tidak menyeberang antara LRT, monorail, dan komuter. 

Pilihan kami saat itu pun jatuh ke Ahyu Hotel. Di Agoda, Ahyu Hotel termasuk hotel yang ada di kawasan Chinatown. Walau Ahyu Hotel termasuk hotel bintang dua, namun review Ahyu Hotel pun bagus, yaitu 8.8 dari 10 (kami sengaja mencari hotel yang review diatas 8 karena banyak yang mereview walau hotelnya bagus dan score diatas 8, bisa jadi bermasalah dalam hal kebersihan). Jaraknya yang hanya berkisar 100 meter dari stasiun LRT membuat kami pun memilih hotel ini.

Walaupun termasuk dalam kawasan Chinatown, lokasi Ahyu Hotel lebih berada di perbatasan Chinatown dan Little India. Jadi toko di sekelilingnya adalah toko-toko yang menjual pernak-pernik dan cemilan khas India. Apalagi saat kami datang adalah malam Deepavali. Sepanjang jalan dipenuhi dengan persiapan menyambut Deepavali.
Persiapan menyambut Deepavali 
Saat kami masuk ke dalam hotel, kami pun disambut dengan ramah dengan petugas yang ada. Mereka menerangkan bahwa ada deposit 50 RM dan pajak wisata sebesar 10 RM per malam (yang keduanya sudah kami ketahui saat membaca kebijakan yang mereka cantumkan di Agoda). Namun ternyata ada tambahan 6% service tax yang belum termasuk. Semua pajak tersebut dibayarkan saat kami check in.
Kebijakan Ahyu Hotel dan Pemerintah.
Internet station yang disediakan oleh Ahyu Hotel. 
Seperti biasa, kami memilih kamar windowless atau tanpa jendela. Dengan pertimbangan toh hanya untuk dipakai tidur, dan selama ini saat kami menginap di Mago, Step Inn, ataupun The Fragrance, kamar tanpa jendela pun tetap bersih. Dan kami pun mendapatkan bahwa kamar yang kami tempati bersih.
Twin room without window. Bersih dan tidak sumpek. 
Perlengkapan di kamar.
Yang kami suka dari kamar kami adalah walaupun tidak luas, namun mereka menatanya dengan baik. Jadi kamar tidak terasa sumpek. AC di Ahyu Hotel luar biasa dingin, mungkin juga karena hari itu hujan deras sekali. Belum lagi kamar mandi yang bersih dan tersedia air panas. Peralatan mandipun disediakan dengan lengkap.
Kamar mandi dengan sekat.
Yang menjadi kekurangan dari hotel ini adalah Ahyu Hotel tidak menyediakan sarapan. Walaupun demikian, di sekitar hotel banyak tempat makan yang buka dari pagi, baik restoran cepat saji ataupun makanan lokal. Selain itu mungkin karena lokasinya, di sepanjang jalan dari stasiun menuju hotel terdapat beberapa pengemis yang tidur dan mengemis di pinggir jalan. Kami cukup kaget juga karena ternyata di kota besar seperti Kuala Lumpur masih ada juga pengemis.
Malam Deepavali yang ramai di kawasan ini.  
Bagaimana saat kami check out? Proses check out berlangsung cepat. Setelah kami turun dan petugas memeriksa kamar yang kami tinggalkan, dalam waktu kurang dari 5 menit deposit kami dikembalikan utuh. Secara keseluruhan, kami tidak keberatan untuk menginap di sini lagi karena lokasinya yang dekat dengan stasiun LRT dan dekat dengan daerah gedung tua alias Colonial Walk
Koridor hotel yang unik.

Wednesday, August 15, 2018

Culture Day (part 1): Merlion Park, St. Andrew's Cathedral dan China Town Singapore


Berbicara tentang jalan-jalan singkat, negara tetangga kita memang dapat menjadi pilihan untuk short vacationbersama keluarga. Walau Singapore terkenal dengan biaya hidupnya yang lumayan besar, tetapi jalan-jalan murah dan menyenangkan dan mendidik juga dapat dilakukan di sini.

Pada liburan pendek kami beberapa bulan yang lalu, kami membuat tema budaya dalam kunjungan kami kemarin. Rencana kami adalah mengajak anak-anak melihat sesuatu yang berbeda dari kunjungan sebelumnya. Jadi dalam satu hari, kami berencana untuk mengunjungi Merlion Park, St. Andrew Cathedral, Chinatown, Little India, dan Haji Lane. Harapan kami adalah mereka dapat melihat perbedaan dari setiap budaya dan agama namun tetap dapat bertoleransi.
Di cuaca yang cerah ini pun hujan tetap dapat turun.
Biasanya hal ini agak susah kami lakukan karena oma bisa capek kalau kebanyakan jalan. Tetapi kali ini karena oma dan opa akan berjalan-jalan dengan oma opa Singapore, maka kami bebas kelayapan dari pagi sampai dengan sore. Setelah mengisi perut dengan kenyang di HolidayInn Express, kami memulai petualangan kami. Bagaimana cara menuju ke Merlion Park? Ada banyak cara menuju ke sana, baik naik MRT ataupun naik bus. Kami memilih naik bus supaya cepat dan dapat turun di perhentian di depan Merlion, yaitu OUE Bayfront.
Landmark Singapore yang terlihat jelas dari sini.
Fullerton Hotel
Taman ini menjadi salah satu taman yang sering dikunjungi turis-turis dan menjadi ikon dari Singapore. Taman yang berlokasi di One Fullerton ini berisi patung Merlion raksasa yang tingginya 8,6 meter dan berat 70 ton dan patung Merlion kecil yang disebut anak Merlion dengan tinggi 2 meter dan berat 3 ton. Merlion sendiri merupakan ikon Singapore. Tubuhnya yang seperti ikan melambangkan awal Singaporeyang sederhana sebagai sebuah desa nelayan yang disebut Temasek atau kota laut (bahasa Jawa Kuno). Sedangkan kepalanya yang berbentuk singa melambangkan nama dari Singapore yaitu kota Singa (bahasa Melayu). Dari mulut Merlion ini akan keluar air mancur. 
Foto absurd dengan latar belakang Marina Bay Sands 
Walaupun cuaca mendung dan mulai gerimis, ternyata masih banyak orang yang tetap mengerumuni Merlion. Melihat antusiasme para pengunjung, tidak heran Merlion Parkmenjadi salah satu tempat wisata yang wajib dikunjungi saat di Singapore. Kakak pun segera berpose seakan minum air dari Merlion dan adik berpose seperti Merlion.
'Anak Merlion yang berbaju kuning' ini sungguh lucu.  
Rupanya pose adik tersebut menarik perhatian seorang mama dan anak yang sepertinya turis dari India. Mereka memaksa meminta untuk berfoto dengan adik. Mamanya langsung mengawasi dan berjaga-jaga =D
Airnya segar ya, kak 
Setelah selesai berfoto, kami melanjutkan perjalanan kami selanjutnya. Tujuan kami selanjutnya adalah St. Andrew Cathedral. Alasan kami untuk mampir melihat St. Andrew adalah karena untuk menuju ke Chinatown kami harus naik bus dan nyambung di depan halte St. Andrew. Jadi ya sekalian melihat katedral ini dari depannya. Dari tempat pemberhentian yang berlawanan dengan OUE Bayfront, kami dapat menaiki bus 131, 167, 162, atau 700 menuju halte Capitol Building (2 halte setelah halte kami). Dari situ kami hanya perlu berbelok ke kanan dan sampailah di katedral.

St. Andrew’s Cathedral merupakan katedral terbesar dan gereja Anglikan tertua di Singapore. Katedral yang dibangun dengan gaya neo gotic ini dibangun pada tahun 1835 oleh George Dumgoole Coleman. Karena kapel yang asli hancur setelah terkena sambaran petir sebanyak dua kali pada tahun 1852, maka di tahun 1856 Kolonel Ronald MacPherson merancang kembali katedral ini. Pada saat penjajahan Jepang, katedral ini menjadi rumah sakit gawat darurat. Katedral ini kembali melakukan pelayanan gereja setelah Jepang menyerah. Karena nilai sejarahnya, maka di tahun 1973, katedral ini ditetapkan sebagai monumen nasional.
St. Andrew 
Tujuan kami selanjutnya adalah Chinatown. Ada banyak pilihan bus menuju Chinatowndari depan halte St. Andrew Cathedral. Jika kita naik bus nomor 166 atau 197, maka pemberhentian di daerah Chinatown bisa di halte opposite Sri Mariamman Temple. Jika kita naik bus nomor 80 atau 145, maka pemberhentian di Chinatown bisa di Maxwell Road FC. Kami memilih naik bus nomor 80, karena busnya datang duluan.
Jalan Maxwell 
Chinatown ini cukup luas dan cukup menyimpan sejarah yang cukup suram. Salah satu bagian di Chinatown ini, yaitu Smith Street, terkenal, pada awal abad 20 dikenal sebagai kawasan prostitusi. Kehidupan di kawasan ini sangat berat, dan penuh dengan siksaan. Untungnya sekarang kawasan ini telah berubah menjadi salah satu pusat kuliner, kebudayaan, dan seni di Singapore. Salah satunya adalah Maxwell Hawker Centre. Foodcourt ini terkenal dengan makanannya yang enak, harga yang bersahabat, dan termasuk bersih.
Sudah ramai walau belum jam makan siang.
Antrian yang mengular di Fish Soup.
Saat kami tiba, ada satu kios yang antrinya luar biasa. Kios tersebut sepertinya menjual sup ikan. Karena kami kepanasan dan tidak begitu lapar, kami memilih kios lain yang menjual hor fun dan memilih memberi es tebu dan es kiamboi yang sepertinya akan menyegarkan kami.
Minuman yang menyejukkan setelah kepanasan.
Hor Fun =) 
Setelah mengisi tenaga dan mengademkan diri, kami kembali berjalan menuju Buddha Tooth Relic Temple. Bangunan yang terdiri dari lima lantai ini merupakan kuil Buddha yang terkenal. Namanya yang cukup unik membuat kami penasaran dengan kuil yang satu ini.
Buddha Tooth Relic Temple 
Kuil Buddha bergaya dinasti tang Tiongkok yang dibangun di tahun 2007 ini mendapatkan namanya dari umat Buddha yang menganggapnya sebagai relik gigi Buddha yang suci. Nama ini diambil dari benda yang dianggap umat Buddha sebagai gigi taring sebelah kiri sang Buddha, yang ditemukan dari sisa kremasinya di Kushinagar, India. Saat ini, Relik Gigi Buddha tersimpan dalam sebuah stupa raksasa seberat 3,5 ton dan terbuat dari 320 kg emas (yang 234 kilogramnya disumbangkan oleh umat Buddha).
Hall utama 
Syarat untuk masuk ke tempat ini adalah mengenakan pakaian yang sopan. Jadi memang tidak susah untuk masuk ke sini, asalkan sopan. Duo Lynns cukup banyak bertanya, karena ini adalah pertama kalinya mereka masuk ke kuil agama Buddha.
Barang-barang ini dijual untuk persembahan ya :) 
Setelah mengelilingi lantai 1, kami tidak naik ke lantai lainnya, kami berjalan keluar melalui pintu berbeda. Pintu keluar ini terhubung langsung dengan Chinatown Food Street. Di Chinatown Food Street bukan hanya makanan yang bertebaran dimana-mana, tetapi juga banyak pernak-pernik lucu dan murah-murah yang dapat dibeli sebagai suvenir.
Chinatown Food Street 
Kalau mendengar kata Chinatown, pasti terbayang etnis Tionghoa dan segala hal yang berhubungan dengan etnis Tionghoa. Tapi uniknya, hampir disetiap Chinatownpasti ada satu kuil Hindu. Seperti kawasan Pasar Baru begitu. Salah satunya di Chinatown Singapore. Di sini terdapat kuil Sri Mariamman.

Kuil Sri Mariamman merupakan kuil Hindu tertua di Singapore yang didirikan oleh Narayana Pillai yang datang ke Singapore di tahun 1819. Di tahun 1823, Pillai meminta lahan untuk dijadikan kuil dan di tahun 1827 pembangunan dilakukan. Sejak saat itu, kuil ini menjadi perlindungan bagi imigran dari India dan menjadi satu-satunya kuil yang berwenang untuk meresmikan pernikahan secara agama Hindu.
Tampak luar Sri Mariamman 
Kuil yang didedikasikan kepada ibu dari segala dewi ini, Sri Mariamman, paling banyak dikunjungi oleh orang-orang yang memohon kesembuhan dari dewi Sri. Sekarang kuil ini terkenal sebagai tempat pelaksanaan fire-walking ceremony atau Theemithi (upacara untk berjalan di atas api) yang biasanya dilakukan di bulan Oktober atau November.
Bagian kuil dengan latar belakang bangungan bernuansa peranakan 
Untuk masuk ke dalam kuil ini tidaklah semudah memasuki Buddha Tooth Relic Temple. Pengunjung diminta untuk melepaskan alas kaki dan memakai pakaian tertutup atau baju khas India. Kami melanjutkan perjalanan menuju MRT Chinatown yang terletak di belakang kuil ini. Tujuan kami selanjutnya adalah Little India.
Tampak dalam Kuil Sri Mariamman
Sekilas Informasi
Merlion Park
One Fullerton Singapore 049213
Jam operasional: 24 jam

Chinatown
Alamat: 335 Smith St, Singapore
Cara menuju ke sana: stasiun Chinatown

Maxwell foodcourt
Alamat: 1 Kadayanallur Street, Singapore
Jam operasional: 08.00 – 02.00

Buddha Tooth Relic Temple
Alamat: 288 South Bridge Rd, Singapore
Jam operasional: 07.00 - 19.00

Note: untuk mengetahui cerita perjalanan kami saat liburan di Singapore , silakan klik link berikut ini.

Wednesday, July 25, 2018

7 Aktivitas Menarik di Myeongdong


Jika mendengar kata Myeongdong, pasti yang terbayang sudah di benak kita adalah tempat yang penuh dengan toko kosmetik. Tidak sepenuhnya salah sih. Memang di Myeongdong ini banyak toko kosmetik yang tersebar di sana-sini. Tetapi bukan hanya toko kosmetik yang tersebar di sini. Ada banyak tempat makan, tempat belanja, dan tempat aktivitas yang ada di tempat ini.

Myeongdong merupakan salah satu distrik yang berada di daerah Junggu. Dikenal sebagai distrik untuk shopping, Myeongdong diisi oleh toko-toko brand terkemuka, dari baju hingga kosmetik. Dan untuk mencapai Myeongdong, ada dua stasiun MRT yang dapat digunakan, yaitu stasiun MRT Myeongdong (line 4) di bagian selatan dan stasiun MRT Euljiro 1-ga (line 2) di bagian utara.
Peta Myeongdong.
Saat kami menjelajah Myeongdong, kami mengandalkan peta yang kami dapatkan, hasil dari nanya mbah google. Yang unik dari peta Myeongdong ini, hampir semua nama-nama toko dan tempat makanan ini tetap sama. Ini memudahkan kami saat berkeliling Myeongdong.

Apa saja sih yang dapat dilakukan di Myeongdong? Berikut 7 hal yang dapat dilakukan di Myeongdong, bersama anak-anak tentunya.
Street Food
1. Berburu street food
Di Myeongdong ini hampir setiap jalan besar, jalan kecil, dan gangnya dipenuhi makanan. Dari yang harganya mahal hingga yang harganya cukup bersahabat, makanan khas Korea hingga makanan internasional, semua ada di sini. Yang paling seru dan paling disukai di sini adalah street food alias jajanan khas Korea seperti eomuk atau fish cake soup, tteokpokki, hotteok, tornado potato, jeon, twigim, bungeo pang, jwipo, dan jajanan lainnya. Harganya pun bervariasi, dimulai dari 1,000 KRW.
Kalguksu Myeongdong Kyoja
2. Makan di resto atau bersantai di Kafe
Selain terkenal dengan street foodyang dijual abang-abang oppa di pinggir jalan, Myeongdong juga terkenal dengan tempat makan atau cafe-cafe bertema. Bagi penggemar mie dan pangsit, bisa berkunjung ke Myeongdong Kyoja. Bagi penggemar dakgalbi, Yoogane masih tetap menjadi juara bagi kami. Atau kalau ingin memesan berbagai macam menu khas Korea, bisa juga mengunjungi Gimgane. Harganya pun cukup bersahabat.
Rose Gelato. SumberL burpple.com
Kalau suka main di café, di sini banyak café-café dengan tema yang menarik, seperti Cat Cafe, Hello Kitty Cafe, Osulloc Tea House, Innisfree Green Cafe, Nanda Hotel Cafe, dan cafe-cafe lainnya.
Chinatown map di Myeongdong. Sumber foto: visitseoul
3. Melihat Chinatown
Tidak banyak yang tahu bahwa Myeongdong merupakan Chinatown tertua di Seoul. Banyak pendatang dari China datang ke Seoul dan tinggal di daerah ini. Walaupun sekarang Myeongdong sudah terkenal menjadi salah satu distrik terkenal, namun kebudayaan China terasa di tempat ini. Bahkan bahasa kedua di tempat ini setelah bahasa Korea adalah bahasa Mandarin.
Jajangmyun
Jika kita keluar dari exit 5 stasiun Myeongdong, dalam waktu kurang dari lima menit kita akan mendapatkan daerah yang disebut Chinatown di Myeongdong. Di sini ada kedutaan China, sekolah dasar berbahasa China, tempat buku-buku Mandarin, dan restoran Chinese foodyang otentik. Di daerah ini juga terdapat money changer dengan rate yang bagus.
Foto dengan hanbok di MDTIC
4. Foto menggunakan hanbok
Salah satu aktivitas yang kami sukai di sini adalah mencoba hanbok secara gratis dan berfoto. Ada dua tempat yang menyediakan fasilitas ini, yaitu SeoulGlobal Culture Center yang berlokasi di lantai 5 Seoul M Plaza dan Myeongdong Tourist Information Center (MDTIC) yang berlokasi di lantai pertama gedung KEB Hana Bank. Kami hanya pernah mencoba di MDTIC karena waktunya yang lebih fleksibel.
Salah satu daya tarik di Myeongdong: kaos kaki lucu-lucu.
5. Berbelanja 
Seperti yang saya sebutkan diatas, Myeongdong ini terkenal sebagai lokasi berbelanja yang paling nyaman. Dari Underground Shopping Center sampai mall besar seperti Shinsegae dan kompleks Lotte, dari toko biasa sampai flagship store, dari baju, kaos kaki yang unyu-unyu, kosmetik, oleh-oleh, hingga obat-obatan, semua ada di Myeongdong. Salah satu tempat yang membuat kami betah adalah Daiso. Pilihan barangnya berbeda jauh dengan yang ada di Indonesia dan negara-negara sekitarnya.

Dan enaknya di sini, jika pembelanjaan kita mencapai 50,000 KRW, maka kita langsung dapat mengklaim tax refunddi toko tersebut. Dan andaikan tidak sampai, kita dapat mengurus tax refund di Myeongdong juga loh.
Myeongdong Cathedral. Sumber foto: visitkorea
6. Berfoto di tempat-tempat yang unik
Selain toko-toko, di Myeongdong juga ada banyak tempat-tempat menarik sehingga sayang jika tidak berfoto di depannya. Di sini ada Myeongdong Cathedral dan gedung Unesco yang megah. Jika malam hari, berfoto di depan kompleks Lotte pun terlihat begitu wah dengan lampu-lampu yang ada. Kalau membawa anak, jangan lewatkan untuk berfoto dengan karakter Line di Line Flagship Store.
Nanta Show. Sumber Foto: klook.com
7. Menonton pertunjukkan di theater
Salah satu aktivitas yang juga digemari orang-orang adalah menonton pertunjukkan di Myeongdong Theater. Pertunjukan live yang sangat digemari di sini adalah Nanta Cookin’ Show. Memang harga pertunjukannya tidak murah, namun menurut orang-orang yang menonton, pertunjukan ini sangat keren.

Salah satu nilai tambah jika berjalan-jalan di sini adalah kita tidak usah takut kesasar. Nampaknya orang Korea mengaplikasikan peribahasa malu bertanya sesat di jalan. Banyak petugas dengan jaket merah yang berlambang huruf i (alias information) yang dapat membantu mengarahkan jika kita tersesat.

Nah, akan lebih enak jika kita pun menginap di daerah Myeongdong. Jadinya bisa sepuasnya menikmati Myeongdong. Dari penginapan dengan budget terbatas hingga penginapan dengan budget berlebih ada di sini. 

Soohorang dan Bandabi juga main ke Myeongdong loh...
Demikian tujuh aktivitas yang dapat dilakukan saat kita berada di Myeongdong. Bagaimana dengan teman-teman? Apa ada aktivitas menarik lainnya selain ketujuh aktivitas di atas?

Before: Day 7: Lotte World
Next: Tempat Makan Murah Meriah di Seoul

Note: Untuk cerita lebih lengkap mengenai liburan kami di Seoul, silakan klik link berikut ini.

Sekilas Informasi
Myeongdong
Cara menuju ke sana: stasiun Myeongdong exit 5, 6, 7, 8 atau stasiun Euljiro 1-ga exit 5 dan 6