Komponen Pengapian CDI Motor Beserta Fungsinya - Sistem pengapian elektronik (CDI) pada motor dibagi menjadi 2 yaitu : Sistem Pengapian Magnet Elektronik (CDI - AC) & Sistem Pengapian Baterai Elektronik (CDI - DC)
1. Baterai / AccuBaterai / accu / aki berfungsi sebagai penyedia arus bagi sistem kelistrikan yang ada pada kendaraan dengan jenis arus DC (arus searah). Selain itu accu atau baterai berfungsi untuk menyimpan arus yang dihasilkan oleh sistem pengisian pada kendaraan.
Pada sistem pegapian CDI DC baterai berperan penting, karena digunakan sebagai sumber arus utama pada sistem pengapian CDI DC. Jika baterai mengalami kerusakan maka sistem pengapian tidak akan berjalan dengan baik.
Tetapi pada sistem pengapian CDI AC baterai tidak berperan sebagai sumber utama, tetapi digunakan untuk sumber arus pada rangkaian kelistrikan, contohnya untuk starter elektrik.
Fungsi pulser yang lain pada motor yaitu sebagai penentu waktu CDI atau TCI untuk mematikkan listrik yang diteruskan ke proses pengapian sampai ke busi.
Atau dapat dikatakan pulser berfungsi sebagai pendeteksi posisi piston motor berdasarkan posisi Pick Up pada magnet rotor yang selanjutnya akan dikirim ke CDI maupun TCI.
Pada sistem pengapian konvensional, induksi pada coil akan terjadi ketika platina memutuskan arus primer coil. Tetapi pada sistem pengapian CDI, induksi akan terjadi ketika arus primer dialiri oleh arus discharger.
Agar induksi berjalan dengan maksimal dan cepat, maka arus discharge yang mengalir ke kumparan primer juga harus bertegangan lebih tinggi.
Converter inilah yang memungkinkan arus discharge memiliki tegangan lebih tinggi. Dalam satuan milisecon, tegangan listrik dari spul bisa dinaikan menjadi sekitar 300 Volt untuk mengisi Capasitor.
CDI merupakan serangkaian komponen elektronik yang berfungsi sebagai saklar rangkaian primer pengapian, menghubungkan dan memutuskan arus listrik yang dimanfaatkan untuk melakukan pengisian (charge) dan pengosongan (discharge) muatan kapasitor.
Kemudian dialirkan melalui kumparan primer koil pengapian untuk menghasilkan arus listrik tegangan tinggi pada kumparan sekunder dengan cara induksi elektromagnet.
Keterangan :
Berikut Komponen Sistem Pengapian CDI Motor Beserta Fungsinya
1. Baterai / Accu
Pada sistem pegapian CDI DC baterai berperan penting, karena digunakan sebagai sumber arus utama pada sistem pengapian CDI DC. Jika baterai mengalami kerusakan maka sistem pengapian tidak akan berjalan dengan baik.
Tetapi pada sistem pengapian CDI AC baterai tidak berperan sebagai sumber utama, tetapi digunakan untuk sumber arus pada rangkaian kelistrikan, contohnya untuk starter elektrik.
Accu / Baterai |
2. Spul (Stator Coil) Dan Rotor Magnet
Spul dan rotor magnet berfungsi untuk merubah putaran dari poros engkol (crank shaft) mesin menjadi arus listrik searah (AC). Arus ini yang kemudian digunakan untuk sistem pengisian, mensuplai kelistrikan pada beban / lampu dan juga digunakan untuk mensuplai arus ke unit CDI (untuk tipe sistem pengapian CDI AC).
Spul dan rotor magnet terdiri dari 2 komponen, yaitu :
- a. Komponen yang berputar (magnet rotor), magnet rotor berbentuk tromol yang terhubung ke poros engkol mesin. Pada sepeda motor, magnet rotor ini juga berfungsi sebagai fly wheel.
- b. Komponen yang diam spul (stator coil), spul komponen yang berbentuk kumparan statis yang terletak didalam rotor magnet.
3. Pulser (Pick Up Coil)
Pulser (pick up coi) berfungsi untuk menghasilkan tegangan pulsa (signal) untuk mengontrol penguat tegangan (pada sistem CDI DC dan pengontrol atau pemicu SCR.Fungsi pulser yang lain pada motor yaitu sebagai penentu waktu CDI atau TCI untuk mematikkan listrik yang diteruskan ke proses pengapian sampai ke busi.
Atau dapat dikatakan pulser berfungsi sebagai pendeteksi posisi piston motor berdasarkan posisi Pick Up pada magnet rotor yang selanjutnya akan dikirim ke CDI maupun TCI.
Pulser |
4. Kunci Kontak (Ignition Switch)
Kunci kontak berfungsi sebagai saklar utama untuk menghubung dan memutus (On-Off) rangkaian pengapian dan rangkaian kelistrikan lainnya pada motor.5. Voltage Converter
Voltage converter atau pengkonversi tegangan diperlukan untuk memaksimalkan arus discharge, prinsip kerja sistem pengapian CDI berbeda dengan sistem pengapian konvensional yang masih menggunakan platina.Pada sistem pengapian konvensional, induksi pada coil akan terjadi ketika platina memutuskan arus primer coil. Tetapi pada sistem pengapian CDI, induksi akan terjadi ketika arus primer dialiri oleh arus discharger.
Agar induksi berjalan dengan maksimal dan cepat, maka arus discharge yang mengalir ke kumparan primer juga harus bertegangan lebih tinggi.
Converter inilah yang memungkinkan arus discharge memiliki tegangan lebih tinggi. Dalam satuan milisecon, tegangan listrik dari spul bisa dinaikan menjadi sekitar 300 Volt untuk mengisi Capasitor.
6. Unit CDI (Capacitor Discharge Ignition)
CDI (Capacitor Discharge Ignition) pada sepeda motor sangatlah mempengaruhi performa sepeda motor. Sistem pengapian yang baik bisa membakar dengan tuntas dan sempurna sehingga panas yang dihasilkan lebih optimal.
CDI (Capacitor Discharge Ignition) |
CDI merupakan serangkaian komponen elektronik yang berfungsi sebagai saklar rangkaian primer pengapian, menghubungkan dan memutuskan arus listrik yang dimanfaatkan untuk melakukan pengisian (charge) dan pengosongan (discharge) muatan kapasitor.
Kemudian dialirkan melalui kumparan primer koil pengapian untuk menghasilkan arus listrik tegangan tinggi pada kumparan sekunder dengan cara induksi elektromagnet.
Basic Circuit CDI AC |
- 1. Dari Sumber Tegangan (Alternator)
- 2. Dari Signal Generator (Pick Up Coil)
- 3. Ke Ignition Coil
- 4. Massa CDI
7. Sekering / Fuse
Fuse atau sekering berfungsi sebagai pengaman rangkaian listrik ketika terjadi konsleting listrik. Begitu pula pada sistem pengapian CDI (terutama pada CDI - DC).
Sekering juga berungsi untuk mencegah terjadinya kerusakan pada komponen - komponen kelistrikan lainnya ketika terjadi konsleting atau terjadi kelebihan arus listrik.
Sekering juga berungsi untuk mencegah terjadinya kerusakan pada komponen - komponen kelistrikan lainnya ketika terjadi konsleting atau terjadi kelebihan arus listrik.
8. Koil Pengapian (Ignition Coil)
Koil berfungsi untuk menaikkan tegangan yang diterima dari sumber tegangan spul dan magner rotor menjadi tegangan tinggi yang diperlukan untuk pengapian.
Dalam koil pengapian terdapat kumparan primer dan kumparan sekunder yang dililitkan pada tumpukan-tumpukan plat besi tipis.
Diameter kawat pada kumparan primer 0,6 - 0,9 mm dengan jumlah lilitan 200 - 400 kali, sedangkan diameter kawat pada kumparan sekunder 0,05 - 0,08 mm dengan jumlah lilitan sebanyak 2000 - 15.000 kali.
Dalam koil pengapian terdapat kumparan primer dan kumparan sekunder yang dililitkan pada tumpukan-tumpukan plat besi tipis.
Diameter kawat pada kumparan primer 0,6 - 0,9 mm dengan jumlah lilitan 200 - 400 kali, sedangkan diameter kawat pada kumparan sekunder 0,05 - 0,08 mm dengan jumlah lilitan sebanyak 2000 - 15.000 kali.
Untuk mengalirkan tegangan tinggi dari kumparan sekunder ke busi, digunakan kabel tegangan tinggi (kabel busi) yang terpasang antara terminal sekunder dengan busi.
9. Kabel Busi
Kabel busi berfungsi sebagai penyalur listrik bertegangan tinggi dari ignition coil. Kabel busi memang memiliki bentuk seperti kabel pada umumnya, namun kabel ini memiliki diameter lebih besar, mungkin bisa sampai 5 mm.
Biasanya kabel busi menggunakan satu helai kawat tembaga dengan diameter besar, dan ada beberapa helai serabut tembaga yang mengitarinya (tanpa bersentuhan).
Biasanya kabel busi menggunakan satu helai kawat tembaga dengan diameter besar, dan ada beberapa helai serabut tembaga yang mengitarinya (tanpa bersentuhan).
10. Busi (Spark Plug)
Busi (spark ignition) berfungsi untuk memercikkan bunga api yang nantinya percikkan bunga api yang dihasilkan ini digunakan untuk membakar campuran bahan bakar dan udara di dalam silinder untuk menghasilkan tekanan atau usaha.
Cop busi adalah ujung dari kabel busi yang ditempelkan pada ujung busi. Meski fungsinya hanya sebagai penghubung antara kabel busi dan busi, bentuk cop busi ini juga tak boleh sembarangan.
Karena kalau kawat dari kabel busi tidak melekat dengan sempurna ke konduktor didalam cop busi maka tegangan yang sampai ke busi menjadi lebih kecil.
Karena kalau kawat dari kabel busi tidak melekat dengan sempurna ke konduktor didalam cop busi maka tegangan yang sampai ke busi menjadi lebih kecil.
Cop Busi |
0 komentar: