Thursday, July 30, 2020

Cara Mengecek Pulser Sepeda Motor

Cara Mengecek Pulser Sepeda Motor - Pick up coil atau yang lebih dikenal dengan nama pulser merupakan salah satu komponen pada sistem pengapian CDI sepeda motor yang memiliki fungsi vital. Masalah pulser yang lemah / bahkan pulser mati hampir sama seperti masalah pada CDI motor yang rusak.

Ciri - Ciri Pulser (Pick Up Coil) Motor Rusak

1. Jika pulser hanya lemah belum mati mesin masih dapat dinyakalan, tetapi mesin motor terasa berat dan brebet saat berada di RPM bawah atau RPM atas.

2. Saat motor di nyalakan dengan elektrik starter pengapian hilang, tetapi pengapian normal jika menggunakan kick stater.

3. Motor sering mati saat mesin panas
Jika kumparan pada pulser mati dapat dipastikan tidak ada arus listrik dan menyebabkan mesin motor sulit dihidupkan, hal tersebut dikarenakan CDI motor tidak menerima perintah dari pulser kapan waktu memercikan bunga api ke busi.

Mengecek pulser merupakan suatu hal yang perlu dilakukan apakah masalah mesin sulit dinyalakan ada di bagian pulser atau malah pada komponen lainnya.

Umumnya cara mengecek pulser yang bermasalah dilakukan dengan cara melepas pulser motor yang bermasalah lalu menggantinya dengan pulser motor lain, tetapi cara tersebut cukup merepotkan.
Untuk cara lebih mudah mengecek pulser motor dapat menggunakan Multimeter / AVOmeter.

Cara Mengecek Pulser Motor Menggunakan Multimeter / Avometer


Sebelum mengecek pulser sepeda motor menggunakan multimeter perlu diketahui nilai tahanan yang dimiliki pulser motor normal yaitu, 125 Ohm - 200 Ohm.

1. Jika menggunakan multimeter analog maka setel saklar pemilih (selector) multimeter / avometer ke arah Ohm dengan batas ukur (range) x10 Ohm.

Jika menggunakan multimeter / avometer digital, arahkan saklar pemilih ke arah Ohm dengan batas ukur 2000 Ohm.

Tetapi pada beberapa jenis multimeter digital sudah tidak ada batas ukur, maka tinggal arahkan selector ke arah Ohm tanpa harus memilih batas ukur.

2. Hubungkan kabel probe merah ke terminal pulser / kabel pulser dan kabel probe hitam dihubungkan ke massa (-).

3. Jika jarum avometer menunjukan di angka 125 Ohm - 200 Ohm maka pulser tersebut dalam kondisi baik, tetapi jika kurang dari 125 Ohm maka pulser tersebut sudah lemah dan harus diganti.

Monday, July 13, 2020

Perbedaan Sistem Pengapian CDI AC & CDI DC Motor

Perbedaan Sistem Pengapian CDI AC & CDI DC Motor - Sistem pengapian pada kendaraan secara umum dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
  • 1. Sistem pengapian konvensional
  • 2. Sistem pengapian elektronik. 
Sistem pengapian CDI (Capasitor Discharge Ignition) sendiri merupakan salah satu sistem pengapian elektronik. Sistem pengapian CDI lebih populer digunakan pada sepeda motor daripada mobil.

Berdasarkan sumber arus listrik yang digunakan, sistem pengapian CDI sendiri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu : sistem pengapian CDI AC dan sistem pengapian CDI DC. Kedua macam sistem pengapian tersebut yang banyak digunakan pada sepeda motor. 

Berikut Perbedaan Sistem Pengapian CDI AC Dan CDI DC Motor


Perbedaan Sistem Pengapian CDI AC Dan CDI DC Motor

1. Sumber arus yang digunakan untuk sistem pengapian CDI AC yaitu arus bolak-balik yang berasal langsung dari alternator (spul magnet), sedangkan pada sistem pengapian CDI DC sumber arus yang digunakan adalah arus searah yang berasal dari baterai (aki).

2. Tegangan tinggi yang dihasilkan oleh sistem pengapian CDI DC lebih stabil karena sumber arus berasal dari baterai yang tegangannya sama yaitu 12 volt pada setiap kondisi kecepatan mesin. 

Tetapi pada sistem pengapian CDI AC arus sumber tergantung dari besarnya arus yang dihasilkan oleh alternator (spul magnet). Saat kendaraan berjalan pada kecepatan rendah maka arus yang dihasilkan oleh alternator cenderung rendah sehingga akan mempengaruhi tegangan tinggi yang dihasilkan juga menjadi lebih rendah.

3. Kawat email (kawat spul) di alternator (spul magnet) pada sistem pengapian CDI AC lebih mudah terbakar karena panas yang berlebih, tetapi pada sistem pengapian CDI DC kawat email tidak akan mudah terbakar, karena pada pengapian CDI DC menggunakan kawat email yang memiliki ukuran lebih besar.

4. Jika baterai (aki) yang digunakan pada kendaraan soak atau rusak maka pada sistem pengapian CDI DC akan mengalami gangguan dan dapat saja tidak akan muncul percikkan bunga api, tetapi pada sistem pengapian CDI AC tidak akan berpengaruh, meskipun aki soak sistem pengapian tetap dapat berfungsi dengan normal.

Efek lain jika baterai rusak maka pada unit CDI yang menggunakan sistem pengapian CDI DC dapat rusak, berbeda dengan sistem pengapian CDI AC yang tidak akan rusak jika baterai soak atau rusak.

5. Ditinjau dari harganya, sistem pengapian CDI AC tergolong lebih murah jika dibandingkan dengan sistem pengapian CDI DC yang umumnya harganya lebih mahal.

Friday, June 19, 2020

Pin Soket CDI Honda Grand / Supra Series

Pin Soket CDI Honda Grand / Supra Series - Unit CDI merupakan salah satu komponen pada sistem pengapian Elektronik CDI (Capacitor Discharge Ignition). Secara garis besar CDI berfungsi sebagai pengatur waktu memerciknya bunga api pada busi.

Percikan api busi tersebut yang digunakan untuk membakar bahan bakar pada langkah usaha. Sederhananya fungsi CDI adalah untuk menyalurkan dan memutus arus listrik pada motor.

Pada kesempatan ini akan dibahas cara membaca pin socket CDI honda grand, tetapi pin socket honda grand ini juga memiliki kesamaan pada CDI motor Honda lain nya, yaitu :
  • Honda Star
  • Astrea Prima
  • Legenda
  • Supra Series
  • Honda Revo
  • Honda Win 100

Berikut Cara Membaca Pin Socket CDI Motor Honda Grand / Supra Series



Keterangan :
  • 1. Pulser / Pick Up Coil (Warna Kabel Biru - Garis Kuning)
  • 2. Koil Pengapian (Warna Kabel Hitam - Garis Kuning)
  • 3. Massa / Ground (-) (Warna Kabel Hijau)
  • 4. Input Spul (Warna Kabel Hitam - Garis Merah)
  • 5. Input Kunci Kontak / Ignition Switch (Warna Kabel Hitam - Garis Putih)

Untuk mengetahui cara membaca pin socket cdi pada motor honda lainnya dapat dilihat disini.

Saturday, June 6, 2020

Busi : Fungsi, Komponen Dan Cara Kerjanya

Busi : Fungsi, Komponen Dan Cara Kerjanya - Busi merupakan salah satu komponen sistem pengapian yang dipasang pada mesin dengan ujung elektrode busi berada di dalam ruang bakar.
Busi

Fungsi Busi Pada Sistem Pengapian


Dalam sistem pengapian busi berfungsi untuk memercikkan bunga api yang diperlukan untuk membakar campuran udara dan bahan bakar yang telah dikompresi, sehingga terjadi langkah usah.

Busi merupakan komponen yang sangat vital pada sistem pengapian, biasanya busi diganti secara periodik kurang lebih setiap 20.000 KM. Setiap mobil di tune up maka busi biasanya juga diperiksa dan dibersihkan, ini untuk menjaga agar peran busi pada sistem pengapian tetap maximal.

Ada beberapa akibat jika busi tidak bekerja dengan baik, sudah jelek atau rusak (mati), diantaranya mesin pincang, mbrebet, tidak bertenaga, mesin sering mati sendiri, sulit hidup. Dan jika dikaitkan dengan emisi gas buang maka kandungan HC akan meningkat karena bahan bakar tidak terbakar dengan sempurna.

Komponen - Komponen Pada Busi

Komponen - Komponen Busi

1. Connection (Terminal)
Terminal ini dirancang dengan jenis koneksi SAE atau ulir 4mm. Kabel pengapian atau kabel koil disambungkan ke konekstor ini. Pada saat terbentuk tegangan tinggi maka tegangan harus bisa dialirkan menuju ke ujung busi (elektroda busi).

2. Insulator
Insulator ini terbuat dari keramik yang memiliki dua fungsi. Fungsi utamanya adalah sebagai insulasi yaitu mencegah flashover (meloncat) tegangan tinggi ke massa (minus), dan berfungsi untuk membantu mengalirkan panas pada kepala silinder. Insulator terbuat dari porselen alumunium murni yang mempunyai daya tahan panas tinggi, kekuatan mekanikal, kekuatan dielektrik pada temperatur tinggi dan menghantar panas (thermal conductivity).

3. Creepage Current Barriers
Gelombang yang dibuat pada permukaan insulator keramik (Creepage current barriers) berguna untuk memperpanjang jarak permukaan antara terminal (Connection) dan massa (Metal Case) hal ini untuk mencegah terjadinya loncatan bunga api tegangan tinggi. Sehingga arus listrik dapat dipastikan mengalir melalui jalur elektroda tengah tanpa mengalami kebocoran arus ke massa.

4. Interference Suppression
Interference suppression dibuat untuk memastikan kompatibilitas elektromagnetik (EMC) hal ini berfungsi mengurangi gangguan frekwensi radio dan merapatkan bagian tengah elektronika sehingga terhindar dari kebocoran arus, gelas (glass melt) digunakan di bagian tengah elektroda busi untuk menghindari kebocoran udara serta mengikat poros tengah dengan elektroda tengah.

5. Middle Electrode (Elektroda Tengah)
Bagian elektroda tengan busi terbuat dari paduan nikel. Dari ujung elektroda ini arus meloncat ke elektroda masa (earth electrode) agar terjadi loncatan bunga api. Elektroda tengah memiliki inti dari bahan tembaga untuk meningkatkan kemampuan disipasi (pelepas/perambat) panas saat busi bekerja dalam perubahan temperatur yang drastis.

6. Metal Case (Casing Besi)
Casing berfungsi untuk menyangga insulator keramik dan sebagai mounting (dudukan untuk memasang) busi pada mesin. Casing atau wadah busi ini memiliki peran penting dalam membantu proses perambatan panas busi.

7. Seal Ring (Cincin Perapat)
Seal ring mencegah kebocoran gas pembakaran pada tekanan yang sangat tinggi saat terjadi langkah kompresi dan pembakaran didalam ruang bakar. Selain itu, seal ring membantu merambatkan panas busi ke kepala silinder.

8. Inner Seals (Perapat Pusat)
Inner Seal berfungsi untuk mengunci sambungan antara insulator dengan casing (metal case). Pada bagian ini, sebuah cincin pengikat (talcum ring) dibantu oleh dua cincin tambahan sebagai pengunci dalam mempererat ikatan antara insulator dengan casing, sehingga mampu mencegah kebocoran gas. Walaupun busi mengalami keretakan, namun inner seal akan memberikan ikatan yang optimal dalam mencegah kebocoran gas.

9. Earth Electrode (Elektroda Masa)
Elektroda masa dibuat dari bahan yang sama dengan elektroda tengah yaitu paduan nikel. Pada beberapa tipe busi, elektroda masa dibuat dengan alur berbeda, ada yang dibuat alur U (U Groove), alur V (V Groove) dan alur-alur khusus lainnya, hal ini bertujuan untuk memudahkan loncatan bunga api sehingga mampu meningkatkan kemampuan pengapian/pembakaran campuran udara dan bahan bakar pada ruang bakar.

Cara Kerja Busi Pada Sistem Pengapian

Busi tersambung ke tegangan yang besarnya ribuan volt yang dihasilkan oleh ignition coil (koil pengapian). Saat koil pengapian menghasilkan tegangan listrik maka elektroda pada busi yang berada di tengah dan elektroda massa (eart electrode) akan timbul beda tegangan.

Saat ini arus listrik belum mengalir, hal tersebut karena campuran bensin dan udara bertekanan yang berada di celah busi bersifat isulator (tidak dapat melakukan perpindahan arus listrik).

Saat perbedaan tegangan antara kedua elektroda busi semakin besar maka dapat menyebabkan struktur gas di antara kedua elektroda busi tersebut berubah. Dan saat tegangan melebihi kekuatan dielektrik daripada gas yang ada, maka gas - gas tersebut mengalami ionisasi dan yang tadinya bersifat insulator berubah menjadi konduktor

Setelah ini terjadi, arus electron dapat mengalir, dan dengan mengalirnya electron, suhu dicelah percikan busi naik drastis mencampai 60.000 K. suhu yang sangat ringgi ini membuat gas yang telah terionisasi memuai dengan cepat  seperti ledakan kecil, inilah percikan busi yang pada prinsipnya mirip dengan halilintar atau petir.

Friday, June 5, 2020

Syarat - Syarat Utama Sistem Pengapian

Syarat - Syarat Utama Sistem Pengapian - Ketiga kondisi di bawah ini merupakan syarat utama sistem pengapian pada mesin bensin :
  • 1. Tekanan kompresi yang tinggi.
  • 2. Saat pengapian yang tepat serta percikan bunga api busi yang kuat.
  • 3. Perbandingan campuran bahan bakar bensin dan udara yang tepat.

Agar Sistem Pengapian Berfungsi Secara Optimal, Sistem Pengapian Harus Memiliki Kriteria Sebagai Berikut


1. Percikan Bunga Api Yang Kuat
Saat campuran bahan bakar bensin & udara dikompresi di dalam silinder, maka kesulitan utama yang terjadi adalah bunga api meloncat di antara celah elektroda busi sangat sulit, hal tersebut disebabkan udara merupakan tahanan listrik dan tahanannya akan menjadi naik saat udara dikompresi.

Tegangan listrik yang diperlukan harus cukup tinggi, sehingga dapat membangkitkan bunga api yang kuat di antara celah elektroda busi. Terjadinya percikan bunga api yang kuat antara lain dipengaruhi oleh pembentukan tegangan induksi yang dihasilkan oleh sistem
pengapian. 

Semakin tinggi tegangan yang dihasilkan, maka bunga api yang dihasilkan dapat semakin kuat. Tetapi secara garis besar agar diperoleh tegangan induksi yang baik dipengaruhi oleh faktor - faktor berikut ini:
  • Pemakaian koil pengapian yang sesuai
  • Pemakaian kondensor yang tepat
  • Penyetelan saat pengapian yang sesuai
  • Penyetelan celah busi yang tepat
  • Pemakaian tingkat panas busi yang tepat
  • Pemakaian kabel tegangan yang tepat

2. Saat Pengapian (Ignition Timing) Harus Tepat
Untuk memperoleh pembakaran yang sempurna, maka saat pengapian harus sesuai dan tidak statis pada titik tertentu, saat pengapian harus dapat berubah mengikuti berbagai perubahan kondisi operasional mesin.

Saat pengapian dari campuran bensin dan udara adalah saat terjadinya percikan bunga api busi beberapa derajat sebelum Titik Mati Atas (TMA) pada akhir langkah kompresi. Saat terjadinya percikan ini waktunya harus ditentukan dengan tepat supaya dapat membakar dengan sempurna campuran bahan bakar bensin dan udara agar dicapai energi maksimum.
Batas TMA Dan TMB Piston

Setelah campuran bahan bakar dibakar oleh bunga api, maka diperlukan waktu tertentu bagi api untuk merambat di dalam ruangan bakar. Oleh sebab itu akan terjadi sedikit keterlambatan antara awal pembakaran dengan pencapaian tekanan pembakaran maksimum.

Dengan demikian, agar diperoleh output maksimum pada engine dengan tekanan pembakaran mencapai titik tertinggi (sekitar 100 setelah TMA), periode perambatan api harus diperhitungkan pada saat menentukan saat pengapian (ignition timing). Karena diperlukannya waktu untuk perambatan api, maka campuran bahan bakar - udara harus sudah dibakar sebelum TMA. 

Saat mulai terjadinya pembakaran campuran bahan bakar dan udara tersebut disebut dengan saat pengapian (ignition timing). Agar saat pengapian dapat disesuaikan dengan kecepatan, beban mesin dan lainnya diperlukan peralatan untuk merubah (memajukan atau memundurkan) saat pengapian. 

Salah satu diantaranya adalah dengan menggunakan vacuum advancer dan governor advancer untuk pengapian konvensional. Dalam sepeda motor biasanya disebut dengan unit pengatur saat pengapian otomatis atau ATU (Automatic Timing Unit). Automatic Timing Unit akan mengatur pemajuan saat pengapian. 

Pada sepeda motor dengan sistem pengapian konvensional (menggunakan platina) ATU diatur secara mekanik sedangkan pada sistem pengapian elektronik ATU diatur secara elektronik. Maka tekanan pembakaran maksimum akan tercapai sebelum 100 sesudah TMA.

Karena tekanan di dalam silinder akan menjadi lebih tinggi dari pada pembakaran dengan waktu yang tepat, pembakaran campuran udara bahan bakar yang spontan akan terjadi dan akhirnya akan terjadi knocking atau detonasi.
Posisi Saat Pengapian

Knocking merupakan ledakan yang menghasilkan gelombang kejutan berupa suara ketukan karena naiknya tekanan yang besar dan kuat yang terjadi pada akhir pembakaran. Knocking yang berlebihan akan mengakibatkan katup, busi dan torak terbakar.

Saat pengapian yang terlalu maju juga bisa menyebabkan suhu mesin menjadi terlalu tinggi. Sedangkan bila saat pengapian dimundurkan terlalu jauh maka tekanan pembakaran maksimum akan terjadi setelah 100 setelah TMA  (saat dimana piston telah turun cukup jauh). Jika dibandingkan dengan pengapian yang waktunya tepat

Maka tekanan di dalam silinder agak rendah sehingga output mesin menurun, dan masalah pemborosan bahan bakar dan lainnya akan terjadi. Saat pengapian yang tepat dapat menghasilkan tekanan pembakaran yang optimal.

3. Sistem Pengapian Harus Kuat dan Tahan
Sisem pengapian harus kuat dan tahan terhadap perubahan yang terjadi setiap saat pada ruang mesin atau perubahan kondisi operasional kendaraan harus tahan terhadap getaran, panas, atau tahan terhadap tegangan tinggi yang dibangkitkan oleh sistem pengapian itu sendiri. 

Komponen - komponen sistem pengapian dibuat sedemikan rupa sehingga tahan pada berbagai kondisi. Misalnya dengan naiknya suhu di sekitar mesin, busi harus tetap tahan (tidak meleleh) agar bisa terus memberikan loncatan bunga api yang baik.
Oleh karena itu, pemilihan tipe busi harus benar-benar tepat. 

Begitu pula dengan koil pengapian maupun kabel busi, walaupun terjadi perubahan suhu yang cukup tinggi (misalnya karena mesin bekerja pada putaran tinggi yang cukup lama), komponen tersebut harus mampu menghasilkan dan menyalurkan tegangan tinggi (induksi) yang cukup. Pemilihan tipe koil hendaknya tepat sesuai kondisi operasional sepeda motor yang digunakan.

Beberapa Syarat - Syarat Lain Sistem Pengapian

  • 1. Sistem Pengapian harus memiliki sumber arus listrik yang memadai selama sistem bekerja.
  • 2. Sistem pengapian harus menghasilkan tegangan yang tinggi supaya bunga api listrik yang dihasilkan pada celah busi yang mampu membakar campuran udara dan bahan bakar terkompresi di dalam ruang bakar.
  • 3. Sistem pengapian harus mampu mendistribusikan tegangan tinggi yang dihasilkan ke tiap-tiap busi sesuai dengan urutan penyalaan pada mesin.
  • 4. Sistem pengapian harus mampu melayani kebutuhan saat pengapian yang tepat disesuaikan dengan putaran dan beban mesin.
  • 5. Sistem pengapian harus memiliki ketahanan yang tinggi terhadap panas dan getaran yang dihasilkan oleh mesin.

Thursday, June 4, 2020

Akibat Penyetelan Platina Yang Tidak Tepat

Akibat Penyetelan Platina Yang Tidak Tepat - Pada kendaraan yang masih menggunakan sistem pengapian konvensional atau sistem pengapian tipe breaker point (menggunakan platina). Platina tersebut merupakan komponen yang berfungsi sebagai kontak pemutus arus primer dari koil. Saat platina membuka maka arus primer dari koil akan terputus dan saat platina menutup maka arus primer akan terhubung ke massa (-). 

Pada sistem pengapian tipe breaker point ini besar / kecilnya celah platina sangat berpengaruh terhadap kualitas pengapian. Jika celah platina terlalu lebar (terlalu renggang) tidak akan baik untuk proses pembakaran dalam mesin, dan jika celah platina terlalu kecil atau bahkan tidak ada celah sama sekali juga tidak baik. Oleh sebab itu celah platina perlu disetel untuk mendapatkan gap (celah) yang sesuai dengan sesuai pedoman reparasi (spesifikasi).

Beberapa Akibat Penyetelan Celah Platina Yang Kurang Tepat


1. Celah Platina Terlalu Besar


Celah Platina Terlalu Besar

Jika penyetelan celah platina terlalu besar (terlalu renggang) atau terlau lebar maka dapat berpengaruh terhadap sudut dwell, menyebabkan sudut dwell menjadi kecil. Karena sudut dwell kecil maka waktu platina menutup akan menjadi pendek, artinya arus primer yang mengalir menjadi kecil (kurang maksimal).

Akibatnya percikkan bunga api busi pada pengapian menjadi kecil (lemah), hal tersebut terjadi karena induksi tegangan tinggi pada kumparan sekunder koil lemah. Efek dari pengapian busi yang lemah ini menyebabkan proses pembakaran menjadi kurang maksimal tenaga mesin menjadi loyo (kurang optimal).

2. Celah Platina Terlalu Kecil


Celah Platina Terlalu Kecil

Jika penyetelan celah platina terlalu kecil (terlalu sempit) maka juga mempengaruhi sudut dwell, celah platina terlalu kecil menyebabkan sudut dwell telalu besar. Karena sudut dwell yang telalu besar maka waktu penutupan platina akan menjadi lebih lama, artinya arus primer yang mengalir dapat mencapai maksimum (besar).

Akibatnya menyebabkan percikkan bunga api busi menjadi besar. Tetapi kelemahan penyetelan celah platina terlalu kecil atau sempit ini dapat membuat platina menjadi mudah panas, hal tersebut mengakibatkan platina menjadi cepat aus karena lamanya waktu arus primer mengalir.

3. Celah Platina Tidak Ada


Celah Platina Tidak Ada

Jika pada saat penyetelan celah platina sangat sempit atau sampai tidak ada celah pada platina sama sekali maka dapat membuat platina akan terus terhubung sehingga fungsi platina sebagai pemutus dan penghubung arus primer ke massa tidak akan terpenuhi.

Akibatnya, induksi tegangan tinggi pada kumparan sekunder koil tidak akan terjadi. Karena induksi tegangan tinggil pada kumparan sekunder tidak terjadi, maka percikkan bunga api pada busi juga tidak akan terjadi. Artinya, jika celah platina tidak ada maka tidak ada pengapian, menybabkan kendaraan tidak dapat dihidupkan.

4. Celah Platina Tepat
Celah Platina Tepat

Misalnya celah platina untuk toyota kijang 5k adalah 0,45 mm. Jika penyetelan celah platina tepat maka sudut dwell akan sesuai spesifikasi, dan pada kendaraan dengan mesin 4 silinder sudut dwell yang tepat adalah 52 � 4� poros nok. Jika sudut dwell tepat maka pengapian yang baik akan tercapai dan platina juga lebih awet karena tidak mudah panas dan platina tidak cepat aus.

Wednesday, June 3, 2020

Langkah Cara Menyetel Platina Mobil Dengan Mudah Dan Tepat

Langkah Cara Menyetel Platina Dengan Mudah Dan Tepat - Pada mobil yang masih menggunakan sistem pengapian konvensional atau sistem pengapian tipe breaker point (menggunakan platina), celah platina memang harus dilakukan penyetelan secara berkala. Komponen platina ini terletak didalam distributor (delco).

Berikut Cara Menyetel Platina Mobil


Alat Yang Digunakan Untuk Menyetel Platina
  • Kunci pas ring ukuran 19
  • Obengplus (+)
  • Obeng min (-)

Cara Menyetel Platina Mobil
  • 1. Buka tutup distributor (cop delco).
  • 2. Lepas rotor distributor
  • 3. Putar pully poros engkol (crankshaft pulley) menggunakan kunci ring 19
  • 4. Posisikan puncak poros nok (cam / tonjolan) distributor tepat pada posisi ebonit platina, atau posisikan tanda (coakan) puli poros engkol pada angka 0� (nol derajat) posisi TOP 1.
Puncak Poros Nok Distributor Pada Posisi Ebonit Platina

  • 5. Jika posisi poros nok distributor sudah tepat, sebelum menyetel celah platina ukur celah platina menggunakan feeler gauge dengan ukuran 0.45 mm atau sesuai dengan pedoman reparasi mesin.
Ukur Celah Platina Menggunakam Feeler Gauge

  • 6. Lakukan penyetelan apabila celah platina tidak sesuai dengan ukuran feeler gauge.
  • 7. Kendorkan kedua sekrup pengikat platina, kemudian kencangkan lagi sekrup sedikit saja (sekrup tidak terlalu mengikat)
Kendorkan Kedua Sekrup Pengikat Platina

  • 8. Gunakan obeng min (-) untuk menyetel celah platina pada posisi seperti gambar dibawah ini
Menggunakan Oben Min (-) Untuk Menyetel Celah Platina

  • 9. Jika sudah kencangkan kembali dua sekrup pengikat platina
  • 10. Ukur kembali celah platina, apabila saat celah plantina diukur menggunakan feeler gauge terlalu longgar / terlalu kesat ulang kembali proses penyetelan.
  • 11. Buat kondisi saat feeler gauge di masukan ke celah platina tidak terlalu longgar / terlalu kesat
  • 12. Jika celah platina sudah tepat pasang kembali rotor & tutup distributor (cop delco).

Baca Juga : Akibat Dari Penyetelan Platina Yang Kurang Tepat

Jika penyetelan celah platina selesai, maka setel juga saat pengapian (nav dan poor distributor), untuk mengetahui saat pengapian yang tepat dibutuhkan alat Timing Light.

Monday, May 25, 2020

Mengenal Jenis - Jenis Busi, Ketahui Perbedaannya

Mengenal Jenis - Jenis Busi, Ketahui Perbedaannya - Busi merupakan komponen pada sistem pengapian yang berfungsi untuk memercikan bunga api.

Berikut Jenis - Jenis Busi Kendaraan


Jenis Busi Berdasarkan Performa

Jika Ditinjau Dari Performa Yang Dihasilkan, Busi Terdapat Beberapa Jenis, Yaitu :

1. Busi Standar
Busi standar merupakan jenis busi yang paling umum ditemui. Busi ini memiliki elektroda berbahan tembaga yang memiliki diameter kurang lebih 2,5 mm. Busi standar menjadi busi bawaan pabrik pada beberapa motor.

Dikarenakan busi ini cocok untuk penggunaan standar. Umur pemakaian busi jenis ini bervariasi tergantung mesin dan pemakaian. Umumnya, penggantian busi jenis ini kisaran 20.000 KM.
Busi Standar

2. Busi Resistor
Busi resistor pada dasarnya sama dengan busi standar karena banyak juga pabrikan yang menggunakannya sebagai busi bawaan. Tetapi perbedaan busi ini memiliki resistor atau tahanan yang ditandai dengan kode "R" pada busi NGK atau kode "U" pada busi Denso.

Kode ini menunjukan bahwa busi ini sudah dilengkapi Resistor. Fungsi resistor pada busi jenis ini untuk mencegah aliran listrik secara berlebihan saat pengapian. Busi tipe resistor digunakan pada mesin EFI yang sudah dilengkapi ECU.
Busi Resistor

3. Busi Platinum
Busi platinum jika dilihat secara fisik menyerupai busi standar. Tetapi terdapat perbedaan pada elektroda yang digunakan. Busi platinum menggunakan elektroda berbahan platinum, tujuannya untuk memperpanjang umur pemakaian busi. Bahan nikel yang terdapat pada ujung elektroda dapat mengurangi radiasi panas dari mesin. 

Umur busi ini dapat mencapai pemakaian 30.000 KM. Harga busi platinum lebih mahal dari jenis busi lainya. Meskipun harganua cukup mahal, busi jenis ini sangat diminati untuk keperluan touring dikarenakan memiliki daya tahan cukup baik dalam pemakaian jangka waktu lama.
Busi Platinum

4. Busi Iridium

Busi iridium ini juga memiliki bentuk fisik yang hampir sama dengan jenis busi lain. Tetapi, perbedaannya terletak pada elektroda busi. Elektroda pada busi iridium berbahan logam campuran yang mengandung iridium dan dilapisi nikel pada ujung elektroda.

Selain dapat bertahan dalam pemakaian lama, busi ini juga dapat menghasilkan performa mesin maksimal. Busi jenis ini, banyak digunakan pada motor diatas 150 cc dan mobil berkapasitas lebih dari 2.5 L.
Busi Iridum

5. Busi Racing
Busi racing dirancang khusus untuk menghasilkan performa yang maksimal tanpa menimbulkan panas yang berlebih. Elektroda pada busi racing dibuat dari perpaduan beberapa logam dengan ujung meruncing. Sehingga menghasilkan daya hantar listrik yang kuat dengan ketahanan yang kuat pula.

Meski memiliki performa yang maksimal, busi ini memiliki umur yang lebih pendek. Sesuai namanya busi racing memang diperuntukan untuk keperluan balapan. Busi jenis ini kurang tepat jika digunakan untuk sehari - hari.

Jenis Busi Berdasarkan Heat Resistance

Jika Ditinjau Dari Reaksi Terhadap Daya Hantar Panas, Busi Terdapat 2 Jenis, Yaitu :

1. Busi Dingin
Busi dingin memiliki jumlah isolator keramik yang lebih sedikit, sehingga panas didalam busi dapat tersalurkan ke blok mesin. Inilah sebabnya disebut dengan nama busi dingin. Karena mudah melepaskan panas.

Busi dingin juga disebut busi racing, karena kemampuanya bertahan dalam kinerja ekstrem. Disaat mesin bekerja cukup ekstrem, busi ini akan mentransfer panas mesin keluar melalui elektroda. Sehingga over heating dapat dihindari.
Busi Dingin

2. Busi Panas
Busi panas memiliki daya hantar panas yang lebih kecil dibandingkan busi dingin. Sehingga suhu busi relatif lebih panas ketika bekerja. Tujuanya, agar proses pembakaran mesin terjaga. Busi panas akan menjaga suhu kerja mesin tetap ideal, sehingga pembakaran pada mesin bisa lebih maksimal.

Didalam busi ini, memiliki isolator berupa keramik yang lebih banyak. Sehingga panas dari elektroda tidak langsung diteruskan ke blok mesin. Busi ini cocok untuk penggunaan sehari - hari baik pada mesin motor maupun mesin mobil.
Busi Panas

Busi Berdasakan Bentuk Celahnya 

Celah busi menjadi faktor apakah percikan mampu keluar ataukah tidak. Celah busi yang terlalu renggang membutuhkan muatan lebih besar untuk dapat terjadi percikan bunga api. Jika arus tersebut standar maka percikan bunga api yang dihasilkan juga lebih kecil. Sehingga dapat menyebabkan miss fire.

Celah busi yang terlalu dekat, akan menyebabkan percikan lebih besar dan tidak terarah. Dalam hal ini, panas pada busi akan cepat terbentuk sehingga dapat mempengaruhi pembakaran mesin.

Jika Ditinjau Dari Bentuk Celahnya Terdapat 2 Jenis Celah Busi, Yaitu :

1. Single Elektrode
Jenis single elektroda memiliki satu buah ground point dan celah vertikal diujung elektroda. Tipe ini akan menghasilkan percikan dengan bentuk memanjang. Cocok digunakan untuk mesin dengan kapasitas sedang.
Single Elektrode

2. Multi Elektrode
Jenis multi elektrode memiliki ground point dua atau lebih yang terletak disamping elektroda. Percikan yang dihasilkan pada busi jenis ini terletak disamping elektroda dengan jumlah sesuai jumlah ground point. Busi ini memiliki diameter lebih besar dan umumnya digunakan pada mesin berkapasitas lebih dari 500 cc tiap silinder.
Multi Elektrode

Untuk ukuran celah, ada banyak variasi celah busi. Hal ini tergantung spesifikasi tiap mesin. Umumnya, celah busi berkisar 0,8 hingga 1,0 mm.

Saturday, May 2, 2020

Warna Kabel Spul Honda Mega Pro Beserta Fungsinya

Warna Kabel Spul Honda Mega Pro Beserta Fungsinya - Sebelumnya penting untuk di ketahui bahwa sistem pengapian pada motor Mega Pro Primus menganut sistem pengapian CDI - DC. Untuk mengetahui perbedaan sistem pengapian CDI - AC / DC motor dan cara kerjanya, penjelasaan dapat dilihat disini.

Berikut Warna Kabel Spul Honda Mega Pro Beserta Fungsinya


Kabel Spul Honda Mega Pro

1. Kabel Warna Kuning
Kabel ini digunakan untuk arus pengisian dari spul menuju ke kiprok.

2. Kabel Warna Kuning
Kabel warna kuning ini juga digunakan untuk arus pengisian seperti kabel nomor 1 diatas, intinya ke 2 kabel kuning ini digunakan sebagai jalur arus pengisian dari spul ke kiprok.


3. Kabel Warna Hijau Muda Garis Merah
Kabel ini bukan termasuk kabel dari spul, tetapi dari bagian blok mesin sebelah kiri, tetapi kabel ini juga berada diantara kabel spul, kabel ini berfungsi sebagai massa untuk lampu indikator netral.

4. Kabel Warna Biru Garis kuning
Kabel ini adalah kabel pulser yang akan menuju ke CDI, fungsi pulser adalah sebagai pemberi signal ke CDI untuk menentukan waktu busi memercikan bunga api.

5. Kabel Warna Hijau
Kabel ini dihubungkan ke massa / body motor, bisa juga dihubungkan dengan kabel massa lain nya atau disambungkan dengan body saja.