Tuesday, December 11, 2018

Short Trip KL: Pagi Hari di Colonial Walk


Selasa pagi kami di KL disambut dengan cuaca yang sangat cerah. Mungkin karena kemarin hujan sudah puas mengguyur KL, sampai membuat KL Tower menjadi berkabut, maka pagi ini sangat cerah. Agenda kami pagi ini hanyalah berjalan melihat-lihat bangunan tua yang ada di dekat tempat kami menginap. Berhubung hotel yang kami tempati tidak menyediakan sarapan, maka kami pun mencari sarapan. Di sekitar Masjid Jamek ini memang banyak tempat makan, baik makanan khas Indiadan juga fastfood seperti Burger King, KFC, dan McDonalds. Dan berhubung kemarin anak-anak melihat iklan Mac n Cheese di menu breakfast KFC, maka pagi ini kami pun mencoba untuk sarapan di KFC.
Hobi iseng mama, memfoto lantai ;D 
Apa sih bedanya sarapan di KFC dan McDonalds? Bedanya adalah porsinya. Menu sarapan di McDonalds besar, sebanding dengan harganya. Sedangkan menu sarapan di KFC mungil. Untung saja Mac n Cheese-nya lumayan enak. Jadi sedikit menghibur hati kami. Selesai sarapan, kami pun berjalan menyusuri kawasan Kolonial yang terletak dekat Chinatown.

Di kawasan ini terdapat banyak sekali gedung-gedung tua yang sangat bagus. Diawali dari menyusuri sungai di dekat Masjid Jamek. Masjid Jamek merupakan salah satu masjid tertua di Kuala Lumpur. Masjid yang berada dipertemuan sungai Klang dan Gombak ini dibangun tahun 1909 dan dirancang oleh Arthur Benison Hubback. Arsitekturnya yang khas membuat orang senang berfoto di depan masjid ini.
Masjid Jamek
Larangan berkelakuan sumbang, yang membuat anak-anak jadi bertanya.
Yang cukup membuat kami takjub adalah masih ada orang yang tidur di kursi yang disediakan. Entah memang tuna wisma atau orang yang kelelahan setelah berjalan-jalan di daerah ini. Ternyata pagi itu kami tidaklah sendiri. Ada beberapa turis dari Thailandyang sedang jalan-jalan dan berfoto dengan pose yang menakjubkan.
Kuala Lumpur 0 Mile 
Peta Colonial Walk 
Di ujung jalan yang kami lalui terdapat Museum Tekstil Malaysia. Bangunannya yang cantik membuat banyak orang berfoto di depan museum ini. Memang di kawasan ini gedung-gedung yang ada membuat semua orang tertarik untuk berfoto. Kami menyeberang menuju Dataran Merdeka.
Foto ala kakak yang membuat turis Thailand gemas.
Museum Tekstil Malaysia dan turis-turis yang baru selesai berfoto.
Dataran merdeka atau Merdeka Square terlihat hanya seperti lapangan luas saja. Namun lapangan ini menyimpan sejarah kemerdekaan bangsa Malaysia. Di tempat ini bendera Union Jack diturunkan dan bendera Federasi Malaya dikibarkan untuk pertama kalinya di tanggal 31 Agustus 1957, yang kita kenal sebagai hari kemerdekaan Malaysia.
Dataran Merdeka yang sedang ditutup sementara.
Air mancur yang jadi rebutan turis-turis untuk berfoto 
Di sebelah Dataran Merdeka terdapat Kuala Lumpur City Gallery. KL City Gallery merupakan galeri yang menyimpan cerita mengenai Kuala Lumpurdimasa lampau, sekarang dan yang akan datang. Kabarnya di dalam galeri ini ada Experience 360. Namun tujuan kami bukanlah berkeliling di dalam galeri tersebut. Di depan KL City Galery disediakan tulisan besar yang memang untuk berfoto. I Love KL ini merupakan salah satu spot yang wajib dikunjungi saat berkunjung di KL. I Love KL ini dibuat pada tahun 2012 oleh Andrew Lee. I Love KL ini mempunyai tinggi kurang lebih 12 kaki dan dan berat kurang lebih1 ton.
Mejeng dulu di tulisan Batik. 
Awalnya sculpture ini hanya sebagai penanda di depan KL City Gallerysebagai salah satu bangunan bersejarah yang sudah ada dari 1898. Namun lama-lama banyak orang yang suka berfoto di depan sini, termasuk kami. Antrian pun disediakan supaya para turis berfoto dengan teratur. Saat kami datang, ada beberapa turis lokal yang sibuk berfoto berkali-kali dan beberapa temannya tidak mau antri. Untungnya petugas yang berada di situ dengan tegas menegur dan mengingatkan mereka untuk antri terlebih dahulu.
Thank you Sir for helping us to take our picture. 
Perjalanan kami pun berlanjut menuju bangunan Sultan Abdul Samad. Bangunan bergaya Moorish ini dulunya digunakan sebagai kantor pemerintahan kolonial Britania Raya. Gedung yang sudah beroperasi sejak tahun 1897 mempunyai clock tower setinggi 41.2 meter. Kalau kata papa, sepertinya negara-negara yang pernah dijajah oleh Inggris selalu mempunyai clock tower.
Clock Tower
Bangunan Sultan Abdul Samad secara keseluruhan
Kami berjalan kembali menuju hotel. Sepanjang perjalanan balik ke hotel, kami cukup terkagum-kagum dengan sungai yang ada. Semua terlihat bersih dan menarik untuk dilihat. Ternyata pemerintah Malaysia mempunyai program River of Life yang bertujuan untuk merevitalisasi dan mempercantik kawasan di sekitar pertemuan Sungai Klang dan Sungai Gombak. Saat malam, akan ada lampu warna biru yang membuat sepanjang sungai ini terlihat romantis.
Jembatan yang rasanya bisa jadi spot yang cantik untuk berfoto.
River of Life
Pohon Willow yang membuat suasana menjadi adem. 
Acara berjalan-jalan di Colonial Walkpun usai sudah. Kami kembali menuju hotel untuk check out dan melanjutkan perjalanan kami ke Malaka. 
KL Tower terlihat dengan jelas

Sunday, November 25, 2018

Review Ahyu Hotel Kuala Lumpur


Awal bulan ini kami mengikuti Family Conference di Melaka. Melaka sendiri merupakan salah satu negara bagian di Malaysia. Sayangnya tidak ada pesawat yang langsung menuju Melaka dari Jakarta. Untuk menuju negara bagian ini, kami harus terbang dulu ke Kuala Lumpur, baru melanjutkan perjalanan menuju  Melaka dengan menggunakan bus. 

Berhubung kami mendapatkan tiket murah saat ada promo kursi gratis, maka kami mempunyai waktu lebih lama sebelum Family Conference dimulai. Dan karena ini adalah pertama kalinya bagi saya dan anak-anak menginjakkan kaki di KL, maka kami pun membuat agenda untuk berjalan-jalan terlebih dahulu. Akhirnya kami menjadwalkan untuk menginap satu malam di KL, baru melanjutkan perjalanan ke Melaka.

Tempat mana sih yang enak untuk menginap di Kuala Lumpur? Pasti banyak orang menjawab daerah Bukit Bintang. Hal ini wajar, karena di daerah Bukit Bintang banyak sekali tempat-tempat wisata dan kuliner yang gampang dicari. Namun kami mempunyai opsi lain.

Karena kami akan ke Melaka dengan menggunakan bus, maka kami mencari penginapan yang aksesnya mudah alias tidak jauh dari stasiun LRT. Kenapa LRT? Karena stasiun bus menuju Melaka yaitu Terminal Bersepadu Selatan (TBS) terhubung dengan stasiun LRT Bandar Tasik Selatan (BTS). Jadi akan lebih mudah jika kami tidak menyeberang antara LRT, monorail, dan komuter. 

Pilihan kami saat itu pun jatuh ke Ahyu Hotel. Di Agoda, Ahyu Hotel termasuk hotel yang ada di kawasan Chinatown. Walau Ahyu Hotel termasuk hotel bintang dua, namun review Ahyu Hotel pun bagus, yaitu 8.8 dari 10 (kami sengaja mencari hotel yang review diatas 8 karena banyak yang mereview walau hotelnya bagus dan score diatas 8, bisa jadi bermasalah dalam hal kebersihan). Jaraknya yang hanya berkisar 100 meter dari stasiun LRT membuat kami pun memilih hotel ini.

Walaupun termasuk dalam kawasan Chinatown, lokasi Ahyu Hotel lebih berada di perbatasan Chinatown dan Little India. Jadi toko di sekelilingnya adalah toko-toko yang menjual pernak-pernik dan cemilan khas India. Apalagi saat kami datang adalah malam Deepavali. Sepanjang jalan dipenuhi dengan persiapan menyambut Deepavali.
Persiapan menyambut Deepavali 
Saat kami masuk ke dalam hotel, kami pun disambut dengan ramah dengan petugas yang ada. Mereka menerangkan bahwa ada deposit 50 RM dan pajak wisata sebesar 10 RM per malam (yang keduanya sudah kami ketahui saat membaca kebijakan yang mereka cantumkan di Agoda). Namun ternyata ada tambahan 6% service tax yang belum termasuk. Semua pajak tersebut dibayarkan saat kami check in.
Kebijakan Ahyu Hotel dan Pemerintah.
Internet station yang disediakan oleh Ahyu Hotel. 
Seperti biasa, kami memilih kamar windowless atau tanpa jendela. Dengan pertimbangan toh hanya untuk dipakai tidur, dan selama ini saat kami menginap di Mago, Step Inn, ataupun The Fragrance, kamar tanpa jendela pun tetap bersih. Dan kami pun mendapatkan bahwa kamar yang kami tempati bersih.
Twin room without window. Bersih dan tidak sumpek. 
Perlengkapan di kamar.
Yang kami suka dari kamar kami adalah walaupun tidak luas, namun mereka menatanya dengan baik. Jadi kamar tidak terasa sumpek. AC di Ahyu Hotel luar biasa dingin, mungkin juga karena hari itu hujan deras sekali. Belum lagi kamar mandi yang bersih dan tersedia air panas. Peralatan mandipun disediakan dengan lengkap.
Kamar mandi dengan sekat.
Yang menjadi kekurangan dari hotel ini adalah Ahyu Hotel tidak menyediakan sarapan. Walaupun demikian, di sekitar hotel banyak tempat makan yang buka dari pagi, baik restoran cepat saji ataupun makanan lokal. Selain itu mungkin karena lokasinya, di sepanjang jalan dari stasiun menuju hotel terdapat beberapa pengemis yang tidur dan mengemis di pinggir jalan. Kami cukup kaget juga karena ternyata di kota besar seperti Kuala Lumpur masih ada juga pengemis.
Malam Deepavali yang ramai di kawasan ini.  
Bagaimana saat kami check out? Proses check out berlangsung cepat. Setelah kami turun dan petugas memeriksa kamar yang kami tinggalkan, dalam waktu kurang dari 5 menit deposit kami dikembalikan utuh. Secara keseluruhan, kami tidak keberatan untuk menginap di sini lagi karena lokasinya yang dekat dengan stasiun LRT dan dekat dengan daerah gedung tua alias Colonial Walk
Koridor hotel yang unik.